Print

Sabat Di Dalam Alkitab

(Kejadian 2:1-3) Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. Ketika Elohim pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Elohim memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.

Pada ayat-ayat di atas kata Sabat tidak muncul dalam teks versi bahasa Inggris, namun kata Sabat muncul dalam bahasa Ibrani asli sebanyak dua kali, yang diterjemahkan  menjadi "Dia berhenti". Gagasan untuk beristirahat di dalam kata Ibrani Sabat adalah salah satu yang tertua, dan bergantung pada konsep hari Sabat dan bukan pada cara lain yang ada. Makna awal yang asli dari kata Sabat adalah ‘berhenti’, seperti yang ada di dalam Kejadian 8:22. Penggunaan kontekstual dari kata ini juga menunjukkan bahwa Sabat berarti "mensabatkan" atau "untuk merayakan hari Sabat".

Seorang pembaca Alkitab Ibrani yang berhati tulus akan melihat dengan sangat jelas bahwa hari Sabat berasal dari masa penciptaan, walaupun itu tidak terlalu jelas dalam terjemahan bias yang kita miliki. Hari Sabat pertama kali disebut di dalam Alkitab KJV jauh sebelum pemberian Hukum di Gunung Sinai. Oleh karena itu, anggapan bahwa hari Sabat pertama kali diberikan dalam perjanjian di Sinai dengan orang-orang Yahudi gugur dalam segala hal.

Hari Sabat dan Manna

(Keluaran 16:23-29) Lalu berkatalah Musa kepada mereka: "Inilah yang dimaksudkan Yahuwah: Besok adalah hari perhentian penuh, sabat yang kudus bagi Yahuwah; maka roti yang perlu kamu bakar, bakarlah, dan apa yang perlu kamu masak, masaklah; dan segala kelebihannya biarkanlah di tempatnya untuk disimpan sampai pagi." Mereka membiarkannya di tempatnya sampai keesokan harinya, seperti yang diperintahkan Musa; lalu tidaklah berbau busuk dan tidak ada ulat di dalamnya. Selanjutnya kata Musa: "Makanlah itu pada hari ini, sebab hari ini adalah sabat untuk Yahuwah, pada hari ini tidaklah kamu mendapatnya di padang. Enam hari lamanya kamu memungutnya, tetapi pada hari yang ketujuh ada sabat; maka roti itu tidak ada pada hari itu." Tetapi ketika pada hari ketujuh ada dari bangsa itu yang keluar memungutnya, tidaklah mereka mendapatnya. Sebab itu Yahuwah berfirman kepada Musa: "Berapa lama lagi kamu menolak mengikuti segala perintah-Ku dan hukum-Ku? Perhatikanlah, Yahuwah telah memberikan sabat itu kepadamu; itulah sebabnya pada hari keenam Ia memberikan kepadamu roti untuk dua hari. Tinggallah kamu di tempatmu masing-masing, seorangpun tidak boleh keluar dari tempatnya pada hari ketujuh itu."

persiapan Sabat - anak dari israel mengumpulkan mannaDari ayat-ayat ini kita bisa dengan yakin memastikan hal-hal berikut: 1) Yahuwah memerintahkan pengudusan Sabat;  2) Yahuwah menandai hari Sabat dengan melakukan empat keajaiban pada manna itu:  ada manna dua kali lebih banyak pada hari keenam, manna ganda itu tidak rusak, tidak ada manna jatuh pada hari ketujuh, dan manna yang pada hari pertama sampai hari kelima rusak tetap aman pada hari Sabat; 3) beberapa orang mengabaikan Sabat dan perbuatan ini dinyatakan sebagai sebuah kesalahan; 4) orang-orang tidak pergi keluar dan mengumpulkan manna pada hari Sabat.

Dari kejadian ini kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut. 1) Fakta-fakta bahwa manna turun dua kali lebih banyak pada hari keenam, tidak ada manna yang jatuh pada hari ketujuh, bahwa manna rusak jika disimpan sampai keesokan harinya pada hari-hari yang lain, yang tidak rusak pada hari ketujuh, menunjukkan bahwa Sabat adalah hari yang khusus pada sebuah minggu dan tidak ada satupun dari tujuh hari ini yang dipilih oleh seseorang  atau oleh sebuah "gereja." 2) Yahuwah menuntut ketaatan dalam hal pengudusan Sabat. Itu bukanlah sebuah hal yang bersifat opsional.

Ada empat pendapat menonjol yang melawan pengudusan hari Sabat berdasarkan Kitab Suci Ibrani. Pendapat-pendapat itu adalah bahwa 1) itu mengacu pada salah satu hari diantara ketujuh itu, 2) bahwa itu adalah bersifat opsional, 3) itu merupakan peraturan upacara yang bersifat sementara, dan 4) bahwa itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang Yahudi. Ayat-ayat ini dengan jelas menggugurkan dua pendapat yang pertama ini.

Hari Sabat dan Dekalog (Sepuluh Perintah)

(Keluaran 20:8-11) Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat Yahuwah, Eloahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya Yahuwah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya Yahuwah memberkati hari Sabat dan menguduskannya.

Firman ini adalah bagian dari Dasa Titah yang disampaikan oleh Yahuwah sendiri yang berbicara secara langsung dan secara terbuka, kepada sekelompok manusia, yang jumlahnya jutaan, yang telah meninggalkan Mesir. Dalam hal ini kita bisa dengan yakin menyatakan hal-hal berikut: 1) Perintah ini mengacu pada siklus mingguan, bukan hanya satu hari itu; 2) perintah itu menetapkan enam hari untuk bekerja yang ditandai dengan munculnya manna dan hari Sabat yang menjadi hari tanpa bekerja; 3) perintah itu melarang atasan memberikan tugas kepada bawahan pada hari Sabat; 4) bawahan didefinisikan sebagai anak-anak, karyawan, orang asing, dan hewan peliharaan, yang semuanya memiliki hak bebas tidak-tertawar dari tugas pada hari Sabat; 5) hari Sabat harus diingat selama enam hari sebelumnya, sehingga pekerjaan dilakukan secara terorganisir dan terencana sepanjang minggu untuk mencegah godaan untuk mengurus hal-hal yang tak terduga pada hari Sabat; 6) pemilik properti bertanggung jawab untuk melihat agar hari Sabat dikuduskan oleh semua orang yang berhubungan dengan properti miliknya; 7) aturan ilahi yang menegakkan Sabat didasarkan pada pengakuan kedaulatan ilahi yang tersirat dalam Penciptaan, dan telah ditandai, diberkati, dan disucikan dari sejak masa penciptaan.

Dari ayat-ayat ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa 1) kewajiban dan berkat dari hari Sabat lebih dari sekedar masalah pemberian manna; 2) bahwa kontrak sosial keluarga, karyawan, hubungan dengan orang asing, dan penggunaan hewan peliharaan sebagai tenaga kerja masih berlaku; 3) bahwa Sabat bukan untuk orang-orang Israel saja, tetapi berlaku untuk orang-orang asing dan hewan-hewan; 4) bahwa Sabat berkaitan dengan proses dasar mencari nafkah; 5) bahwa Sabat membatasi kewenangan atasan atas bawahan.

Ayat-ayat ini mengugurkan dua pendapat terakhir yang menentang Sabat berdasarkan Kitab Suci Ibrani. Sangat jelas bahwa ini adalah ketetapan sosial dan moral dan bukan sekedar seremonial, karena menegaskan hak-hak bawahan dan membatasi kekuasaan atasan. Hal ini jelas lebih besar dari sekedar aturan Yahudi mengenai hak asasi manusia pada umumnya. Hal ini menjamin bukan hanya hak asasi manusia, namun juga hak-hak binatang.  Mengingat bahwa bekerja untuk hidup tidak terbatas hanya pada satu suku atau masyarakat tertentu, tetapi merupakan kebutuhan manusia yang bersifat universal, mengabaikan hak-hak tidak-tertawar yang tersirat di dalam hari Sabat bagi orang bukan-Yahudi sangatlah tidak adil.

Hari Sabat sangat jelas berlaku secara universal, dapat dikatakan seperti itu karena Sabat dilakukan sepanjang masa. Hari Sabat tidak dapat dibatalkan secara logis selama manusia masih harus berusaha mendapatkan makanan. Banyak orang yang menganggap bahwa hari Sabat berakhir pada penyaliban Kristus. Namun, penyaliban Kristus tidak menghentikan manusia dari kewajiban untuk mendapatkan makanan, sama seperti alam yang tidak bisa menahan manusia untuk berhenti dari pekerjaan semacam itu.

Sabat: Sebuah Perjanjian Kekal

(Keluaran 31:13-16) Katakanlah kepada orang Israel, demikian: Akan tetapi hari-hari Sabat-Ku harus kamu pelihara, sebab itulah peringatan antara Aku dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa Akulah Yahuwah, yang menguduskan kamu. Haruslah kamu pelihara hari Sabat, sebab itulah hari kudus bagimu; siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat itu, pastilah ia dihukum mati, sebab setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, orang itu harus dilenyapkan dari antara bangsanya. Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, hari kudus bagi Yahuwah: setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari Sabat, pastilah ia dihukum mati. Maka haruslah orang Israel memelihara hari Sabat, dengan merayakan sabat, turun-temurun, menjadi perjanjian kekal.

Hari Sabat menurut ayat-ayat sebelumnya telah ditetapkan sebagai tanggal yang telah ditentukan sejak dari masa penciptaan, sebagai hari khusus dalam sebuah minggu, sebagai kewajiban yang harus dilakukan, sebagai ketetapan sosial dan bukan hanya sekedar seremonial serta berlaku untuk semua umat manusia sepanjang masa. Pada bagian ini Sabat berada dalam ruang yang sama sekali baru. Pengakuan baru yang ditemukan di dalam bagian ini adalah 1) bahwa Sabat adalah tanda antara Yahuwah dan orang Israel; 2) fungsi Sabat adalah untuk membuat orang Israel mengetahui bahwa Yahuwah yang telah menyucikan atau menguduskan mereka; 3) hukuman mati harus diberikan untuk pelanggar-Sabat; 4) Sabat adalah perjanjian kekal dengan orang Israel; 5) rincian baru mengenai hari Sabat yang diberikan di sini berhubungan khusus dengan orang Israel. Orang asing dan hewan tidak termasuk, sebagaimana disebutkan dalam Dasa Titah.

Berdasarkan informasi ini, kita dapat menarik kesimpulan bahwa ada aspek universal dari hari Sabat, seperti yang disebutkan di dalam Dasa Titah, dan aspek Sabat yang terutama berlaku untuk orang Israel saja. Yang khusus dicatat untuk menjadi abadi, yang menyiratkan bahwa secara umum juga harus terus-menerus dikuduskan. Fakta bahwa ada aspek-aspek universal dan permanen dan juga ada aspek-aspek tertentu dari hari Sabat mungkin membuat hari Sabat menjadi nampak membingungkan. Orang-orang Kristen seringkali diarahkan tanpa berfikir untuk membuang aspek-aspek universal dan permanen dari hari Sabat karena aspek-aspek tertentu yang bersifat sementara.

sepuluh perintah - SabatDasa Titah diuraikan pada khotbah Musa dalam Ulangan pasal 5, tetapi hal ini diterapkan khusus dalam kegiatan kehidupan orang Israel. Aspek hari Sabat ini lebih jelas dikembangkan dalam ayat berikut.

(Keluaran 35: 2-3) Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada perhentian kudus bagimu, yakni sabat, hari perhentian penuh bagi Yahuwah; setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, haruslah dihukum mati. Janganlah kamu memasang api di manapun dalam tempat kediamanmu pada hari Sabat."

Di dalam ayat-ayat ini kita mendapatkan informasi baru mengenai pelarangan menyalakan api di dalam rumah pada hari Sabat. Kurang jelas apakah ini adalah aspek umum atau aspek khusus dari hari Sabat. Namun dalam kaitannya dengan hukuman mati, dan dimasukkan dalam konteks yang sama seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kemungkinan ini berlaku khusus bagi orang Israel.

Setiap orang di antara kamu haruslah menyegani ibunya dan ayahnya dan memelihara hari-hari sabat-Ku; Akulah Yahuwah, Eloahmu.

Ini adalah pengulangan dari perintah-perintah yang tegas dari Dasa Titah. Semua hal-hal yang lain dinyatakan tidak terlalu tegas. Aspek universal dan permanen hari hari Sabat yang ditegaskan kembali di sini.

(Imamat 19:30) Kamu harus memelihara hari-hari sabat-Ku dan menghormati tempat kudus-Ku; Akulah Yahuwah.

Ayat ini bermakna ganda. Kurang jelas apakah itu mengacu pada perayaan tahunan, hari Sabat mingguan, atau salah satunya atau keduanya. Tapi hal semacam ini dapat dipertimbangkan sebagai penegasan dari hari Sabat mingguan.

(Imamat 23: 3) Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, yakni hari pertemuan kudus; janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah sabat bagi Yahuwah di segala tempat kediamanmu.  

Aspek baru dari hari Sabat di dalam ayat ini adalah pertemuan kudus. Semua yang lain yang menyebutkan tempat berada dalam kategori yang sama sebagai aspek permanen dan universal dari Dasa Titah. Di sisi lain, pertemuan itu tampaknya menjadi tindakan seremonial. Kurang jelas apakah ini berlaku untuk perjanjian Musa saja atau untuk semua orang pada setiap zaman. Tapi tentunya, berkumpul pada hari Sabat bukan menjadi dasar pelaksanaannya pada zaman sekarang, tetapi didasarkan pada fakta bahwa kita jelas diberitahu untuk tidak bekerja melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan soal-soal penghidupan pada hari itu. Kita dibebaskan untuk berkumpul beribadah.

Kewajiban seremonial mengacu pada hari Sabat dan hari-hari raya tahunan lain dari perjanjian Musa disebutkan dalam Imamat 23 dan Bilangan 28: 9, 10. Ini termasuk hewan kurban, makanan dan minuman kurban. Penting untuk diingat bahwa kewajiban seremonial tersebut dijelaskan untuk hari Sabat dalam teks ini, karena itu menjadi titik pertikaian pada gereja mula-mula. Perayaan tahunan yang disebut sebagai hari-hari Sabat di sini, seperti hari pendamaian dalam Imamat 16, tetapi ini berbeda dengan hari Sabat mingguan. Aspek lain dari seremonial hari Sabat adalah meletakkan roti sajian di atas meja di tempat kudus. (Imamat 24: 8) Setiap hari Sabat ia harus tetap mengaturnya di hadapan Yahuwah; itulah dari pihak orang Israel suatu kewajiban perjanjian untuk selama-lamanya.

Pembagian Tanah Perjanjian termasuk tujuh tahun Sabat bagi tanah itu seperti yang dijelaskan dalam Imamat pasal 25. Ini tidak memiliki dampak dengan Sabat mingguan. Topik yang sama diteruskan pada pasal berikutnya juga, tapi Sabat mingguan ditegaskan dalam ayat dua. (Imamat 26: 2) Kamu harus memelihara hari-hari Sabat-Ku dan menghormati tempat kudus-Ku, Akulah Yahuwah.

Ayat terakhir dalam kitab Musa adalah cerita tragis. (Bilangan 15:32) Ketika orang Israel ada di padang gurun, didapati merekalah seorang yang mengumpulkan kayu api pada hari Sabat.

Hukuman mati untuk pelanggar-Sabat yang dipastikan melalui wahyu ilahi dilakukan dalam kasus ini. Pentingnya kewajiban menguduskan hari Sabat ditunjukkan dalam kasus yang paling mudah dicerita ini. Yahuwah serius dengan hari-hari Sabat seperti yang terungkap dalam kitab-kitab Musa.

Sebagai kesimpulan, kita dapat mengatakan bahwa kitab-kitab Musa menunjukkan bahwa hari Sabat dari tanggal sejak masa penciptaan, telah menjadi sebuah hari yang khusus, hari yang tidak-tergeser dalam mingguan Alkitab, hari ketujuh, yang diwajibkan, untuk menjadi pengawal hak-hak manusia dan hewan, untuk menjadi universal dan permanen, untuk menuntut agar tugas-tugas sehari-hari disisihkan dan untuk memberikan waktu yang teratur ketika orang bebas dari kekhawatiran sehari-hari untuk berkumpul beribadah. Selain aspek universal dan permanen, hari Sabat juga memiliki aspek tertentu dan sementara bagi orang Israel, tanda perjanjian khusus dibuat dengan orang Israel, di mana hukuman mati untuk pelanggar-Sabat itu disahkan di samping aspek tambahan seremonial hewan kurban, makanan dan minum persembahan, dan penggantian roti sajian di dalam Kemah Suci.

Sabat: Sejarah Raja-raja

gulirSabat dalam kitab-kitab sejarah umumnya disebutkan hanya secara sepintas. Seperti dalam sebuah kesempatan yang ditemukan dalam kisah perempuan Sunem. (2 Raja-raja 4:23) Berkatalah suaminya: "Mengapakah pada hari ini engkau hendak pergi kepadanya? Padahal sekarang bukan bulan baru dan bukan hari Sabat." Jawab perempuan itu: "Jangan kuatir."

Di dalam 2 Raja-raja pasal 11 adalah cerita tentang pertobatan Yosia. Adam Clarke dalam ‘Commentary on the Bible’ mencatat hal berikut sehubungan dengan hari Sabat dalam pasal ini. "Tampaknya Yoyada memilih hari Sabat untuk memperkenalkan sang raja muda, karena itu adalah hari perkumpulan umum, pertemuan bersama orang-orang secara rahasia tidak akan diketahui." Kisah ini diulang di dalam 2 Tawarikh 23.

Hari Sabat terakhir disebutkan di dalam kitab Raja-raja adalah di dalam (2 Raja-raja 16:18) Selanjutnya, demi raja Asyur, disingkirkannya dari rumah Yahuwah serambi tertutup untuk hari Sabat yang telah didirikan pada rumah Yahuwah, juga pintu masuk untuk raja yang di sebelah luar.

Kitab Tawarikh mengomentari lebih lanjut tentang peraturan hukum yang ada di dalam kitab Musa. Rujukan pertama berkaitan dengan roti sajian pada hari Sabat. (1 Tawarikh 9:32) Dan sebagian dari anak-anak orang Kehat, yakni dari sanak saudara mereka, mengurus roti sajian untuk disediakan setiap hari Sabat.

Persembahan khusus untuk hari-hari Sabat juga disebutkan. (1 Taw 23:31) dan pada waktu mempersembahkan segala korban bakaran kepada Yahuwah, pada hari-hari Sabat, bulan-bulan baru, dan hari-hari raya, menurut jumlah yang sesuai dengan peraturan yang berlaku bagi mereka, sebagai tugas tetap di hadapan Yahuwah. (2 Tawarikh 2: 4) Ketahuilah, aku hendak mendirikan sebuah rumah bagi nama Yahuwah, Eloahku, untuk menguduskannya bagi Dia, supaya di hadapan-Nya dibakar ukupan dari wangi-wangian, tetap diatur roti sajian dan dipersembahkan korban bakaran pada waktu pagi dan pada waktu petang, pada hari-hari Sabat dan bulan-bulan baru, dan pada perayaan-perayaan yang ditetapkan Yahuwah, Eloah kami, sebab semuanya itu adalah kewajiban orang Israel untuk selama-lamanya. (2 Tawarikh 8:13) sesuai dengan apa yang menurut perintah Musa ditetapkan sebagai korban untuk setiap hari, yakni pada hari-hari Sabat, pada bulan-bulan baru, dan tiga kali setahun pada hari-hari raya: pada hari raya Roti Tidak Beragi, pada hari raya Pentakosta dan pada hari raya Pondok Daun. (2 Tawarikh 31: 3) Raja memberi sumbangan dari harta miliknya untuk korban bakaran, yakni: korban bakaran pada waktu pagi dan pada waktu petang, korban bakaran pada hari-hari Sabat dan pada bulan-bulan baru dan pada hari-hari raya, yang semuanya tertulis di dalam Hukum Yahuwah.

Kitab Tawarikh hanya memiliki satu petunjuk dari pesan moral yang melekat pada hari Sabat yang menjadi perhatian para nabi kemudian. (2 Tawarikh 36:21) Dengan demikian genaplah firman Yahuwah yang diucapkan Yeremia, sampai tanah itu pulih dari akibat dilalaikannya tahun-tahun sabatnya, karena tanah itu tandus selama menjalani sabat, hingga genaplah tujuh puluh tahun.

Gagasan bahwa pengabaian hari Sabat bersama dengan pengabaian hukum Sabat mengenai tanah adalah alasan penawanan Babel mewarnai setiap penyebutan hari Sabat dalam kitab Nehemia, terutama pada akhir dari pasal 13. Ada fokus perhatian untuk tidak menimbulkan hal yang sama atau bencana yang lebih buruk akibat dari mengabaikan hari Sabat. Nehemia mengakui bahwa Sabat adalah wahyu ilahi langsung, dan bukan sekedar peraturan Musa. (Nehemia 9:14) Juga Kauberitahukan kepada mereka sabat-Mu yang kudus dan memberikan kepada mereka perintah-perintah, ketetapan-ketetapan dan hukum-Mu dengan perantaraan Musa, hamba-Mu. Tetapi Nehemia tidak mengabaikan aspek seremonial dari hari Sabat. (Nehemia 10:33) untuk roti sajian, untuk korban sajian yang tetap, untuk korban bakaran yang tetap, untuk hari-hari Sabat, bulan-bulan baru dan masa raya yang tetap, untuk persembahan-persembahan kudus dan korban-korban penghapus dosa, untuk mengadakan pendamaian bagi orang Israel serta segala pekerjaan di rumah Yahuwah.

Hari Sabat dalam kitab-kitab Musa terutama melekat pada kegiatan untuk mendapatkan makanan. Aspek universal dari hari Sabat ini, sebagai lawan dari aspek perangkat seremonial, diakui oleh Nehemia. Dia mencatat bahwa tidak hanya panen, mengumpulkan dan menyiapkan makanan pada hari Sabat juga dilarang, membelinya juga dilarang. (Nehemia 10:31) dan bilamana penduduk negeri membawa barang-barang dan berbagai-bagai gandum untuk dijual pada hari Sabat, kami tidak akan membelinya dari mereka pada hari Sabat atau pada hari yang kudus. Dan kami akan membiarkan begitu saja hasil tanah pada tahun yang ketujuh dan tidak akan menagih sesuatu hutang.

Hari Sabat: Kepercayaan di dalam Yahuwah

Ada sebuah masalah psikologis yang dalam terlibat dalam penghentian usaha untuk mendapatkan makanan pada hari Sabat. Itu sudah terlihat dari sejak kisah Penciptaan dan kisah penurunan manna, hal ini juga muncul sendiri di dalam kitab Nehemia. Tujuan utama dari hari Sabat adalah untuk melawan kecenderungan alami manusia yang menganggap bahwa mereka mampu bertahan hidup karena pekerjaan mereka sendiri. Berhenti untuk merenung pada hari Sabat dirancang untuk memperkuat kesadaran bahwa rezeki manusia bergantung pada Sang Pencipta.

gandumAspek untuk mendapatkan-makanan ini dalam kaitannya dengan Sabat dinyatakan dengan sangat jelas dalam pasal 13. (Nehemia 13:15-22) Pada masa itu kulihat di Yehuda orang-orang mengirik memeras anggur pada hari Sabat, pula orang-orang yang membawa berkas-berkas gandum dan memuatnya di atas keledai, juga anggur, buah anggur dan buah ara dan pelbagai muatan yang mereka bawa ke Yerusalem pada hari Sabat. Aku memperingatkan mereka ketika mereka menjual bahan-bahan makanan. Juga orang Tirus yang tinggal di situ membawa ikan dan pelbagai barang dagangan dan menjual itu kepada orang-orang Yehuda pada hari Sabat, bahkan di Yerusalem. Lalu aku menyesali pemuka-pemuka orang Yehuda, kataku kepada mereka: "Kejahatan apa yang kamu lakukan ini dengan melanggar kekudusan hari Sabat? Bukankah nenek moyangmu telah berbuat demikian, sehingga Eloah kita mendatangkan seluruh malapetaka ini atas kita dan atas kota ini? Apakah kamu bermaksud memperbesar murka yang menimpa Israel dengan melanggar kekudusan hari Sabat?" Kalau sudah remang-remang di pintu-pintu gerbang Yerusalem menjelang hari Sabat, kusuruh tutup pintu-pintu dan kuperintahkan supaya jangan dibuka sampai lewat hari Sabat. Dan aku tempatkan beberapa orang dari anak buahku di pintu-pintu gerbang, supaya tidak ada muatan yang masuk pada hari Sabat. Tetapi orang-orang yang berdagang dan berjualan rupa-rupa barang itu kemudian bermalam juga di luar tembok Yerusalem satu dua kali. Lalu aku memperingatkan mereka, kataku: "Mengapa kamu bermalam di depan tembok? Kalau kamu berbuat itu sekali lagi akan kukenakan tanganku kepadamu." Sejak waktu itu mereka tidak datang lagi pada hari Sabat. Juga kusuruh orang-orang Lewi mentahirkan dirinya dan datang menjaga pintu-pintu gerbang untuk menguduskan hari Sabat. Ya Eloahku, ingatlah kepadaku juga karena hal itu dan sayangilah aku menurut kasih setia-Mu yang besar!

Aspek seseorang menghindari pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan mata pencaharian pada hari Sabat tidak dijelaskan secara terperinci di dalam kitab-kitab Musa. Ada kisah penurunan manna, dan detail untuk tidak mengumpulkan kayu bakar untuk memasak, tetapi selain itu rinciannya jarang. Dan merupakan bagian dari Nehemia untuk berfokus pada larangan mengangkut, membeli dan menjual makanan.

Kesimpulannya, kitab-kitab sejarah menambah sedikit pengetahuan kita tentang aspek-aspek seremonial hari Sabat. Namun kitab-kitab ini juga meningkatkan pemahaman kita tentang mengapa kita harus meninggalkan pekerjaan kita sehari-hari pada hari itu. Pertama-tama, rincian larangan mengangkut dan membeli dan menjual makanan, yang merupakan penambahan atas kitab-kitab Musa. Keterkaitan hari Sabat dengan proses mendapatkan makanan dibuat semakin tepat, sehingga kita memahami betapa pentingnya hari Sabat itu dan membuat kita memahami dasar dari kehidupan harian kita, bukan pekerjaan kita sendiri yang membuat kita bertahan, tetapi berkat dan pemeliharaan ilahilah yang membuat pekerjaan kita menjadi efektif.

Keharmonisan usaha-usaha manusia untuk mendapatkan rezeki pada enam hari kerja dan jeda untuk merenungkan realitas ketergantungan tetap kita pada Yahuwah sebagai sumber hidup dan makanan kita, diungkapkan secara sederhana di dalam Sabat. Kegagalan orang-orang Kristen untuk menyadari bahwa hari Sabat merupakan pengungkapan cara hidup sehari-hari untuk membuat kita bergantung sepenuhnya kepada Yahuwah adalah akar dari kegagalan orang-orang Kristen untuk memahami proses anugerah dalam penyediaan keselamatan dan kehidupan kekal juga.

Hari Sabat dan Mazmur

Walaupun kitab Mazmur adalah buku doa dari bait suci yang kedua, bersama dengan kegiatan peribadatan pada hari Sabat dan pada hari-hari suci Yahudi lainnya, pelaksanaan hari Sabat itu sendiri sebagian besar tidak disebutkan di dalam kitab ini. Hari Sabat disebutkan dalam Mazmur hanya dalam salah satu judulnya. (Mazmur 92: 1) Mazmur. Nyanyian untuk hari Sabat. Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada Yahuwah, dan untuk menyanyikan mazmur bagi nama-Mu, ya Yang Mahatinggi.

Ada kemungkinan bahwa seperempat kitab Mazmur, yaitu bagian yang mengandung Mazmur pasal 92, disusun untuk tujuan ibadah pada hari Sabat.

Hari Sabat dan para Nabi

Para nabi, cukup bisa ditebak, fokus pada isu-isu moral dalam kaitannya dengan hari Sabat, seperti yang mereka lakukan dalam kaitannya dengan berbagai aspek lain dari Hukum tersebut. Kita langsung melihat hal itu pada permulaan kitab Yesaya.

Yesaya

(Yesaya 1:13) Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan.

Di sini Yahuwah memberi protes melalui Yesaya mengenai kemunafikan dalam penampilan bentuk kerohanian yang menjadi kedok untuk melakukan ketidakadilan. Ini adalah tema utama dari sebagian besar para nabi, bahkan ketika masalah lain juga ada. Ayat-ayat dalam Yesaya ini terutama berkaitan dengan aspek-aspek seremonial dari perayaan Sabat.

Yesaya merekam visiTetapi Yesaya mengakui aspek moral dari hari Sabat juga. Di sini Yesaya mengakui peran pemeliharaan Sabat dalam membina kebenaran, dan efektivitasnya dalam menjaga orang-orang agar tidak melakukan kejahatan. (Yesaya 56: 2) Berbahagialah orang yang melakukannya, dan anak manusia yang berpegang kepadanya: yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang menahan diri dari setiap perbuatan jahat.

Yesaya mengakui bahwa bangsa-bangsa lain yang menyembah Eloah yang benar, Yahuwah, juga bertanggung jawab untuk menguduskan hari Sabat. Dia tidak membuat pembedaan antara bangsa-bangsa lain dengan orang Israel. (Yesaya 56: 3) Janganlah orang asing yang menggabungkan diri kepada Yahuwah berkata: "Sudah tentu Yahuwah hendak memisahkan aku dari pada umat-Nya"; dan janganlah orang kebiri berkata: "Sesungguhnya, aku ini pohon yang kering."

Orang-orang Yahudi dan seluruh kebudayaan Timur Tengah menganggap keturunan  adalah salah satu bagian yang paling penting dari kehidupan. Yesaya mengambil pentingnya hal memiliki anak di Timur Tengah ini dan menggunakannya untuk menekankan pentingnya pengudusan hari Sabat. Dia menunjukkan bahwa pengudusan hari Sabat memberikan sebuah harta di sorga yang sangat penting bahkan lebih dari pada memiliki anak. (Yesaya 56: 4-6) Sebab beginilah firman Yahuwah: "Kepada orang-orang kebiri yang memelihara hari-hari Sabat-Ku dan yang memilih apa yang Kukehendaki dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku, kepada mereka akan Kuberikan dalam rumah-Ku dan di lingkungan tembok-tembok kediaman-Ku suatu tanda peringatan dan nama--itu lebih baik dari pada anak-anak lelaki dan perempuan--,suatu nama abadi yang tidak akan lenyap akan Kuberikan kepada mereka. Dan orang-orang asing yang menggabungkan diri kepada Yahuwah untuk melayani Dia, untuk mengasihi nama Yahuwah dan untuk menjadi hamba-hamba-Nya, semuanya yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku.

Mereka yang akan berpendapat bahwa Sabat telah dibatalkan umumnya fokus pada Sabat  sebagai kewajiban hukum dan seremonial. Mereka tidak pernah fokus pada peran nyata sebagai penegasan ketergantungan pada tangan Yahuwah yang melindungi hak-hak tidak-tertawar bawahan. Dengan cara yang sama, mereka tidak pernah membicarakan fakta bahwa hari Sabat bukanlah kewajiban belaka, atau bahkan bukan hanya sekedar perlindungan pada hak asasi manusia dan hewan, tetapi juga menyenangkan. Setiap pemelihara-Sabat yang sejati telah mengalami kenikmatan. Yesaya juga memperhatikan aspek pemeliharaan Sabat. (Yesaya 58:13) Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat "hari kenikmatan", dan hari kudus Yahuwah "hari yang mulia"; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong....

Pada akhirnya, Yesaya menunjukkan pengudusan hari Sabat di masa depan. Berdasarkan pada pandangan seseorang terhadap nubuatan, hari Sabat telah menjadi bagian utama yang paling menyenangkan ketika kembali dari pembuangan bagi orang-orang Yahudi atau di bumi yang baru yang telah dipulihkan di masa depan. (Yesaya 66:23) Bulan berganti bulan, dan Sabat berganti Sabat, maka seluruh umat manusia akan datang untuk sujud menyembah di hadapan-Ku, firman Yahuwah.

Yeremia

Yeremia menyebutkan hari Sabat dalam konteks yang lebih terbatas daripada Yesaya. Dia hanya menegaskan kembali prinsip-prinsip Sabat yang telah disebutkan dalam Nehemia. Yeremia benar-benar menulis di depan Nehemia, dan tidak diragukan lagi bahwa dia sangat dipengaruhi oleh tindakan dan penulisan Nehemia. (Yeremia 17:21-22, 24, 27) Beginilah firman Yahuwah: Berawas-awaslah demi nyawamu! Janganlah mengangkut barang-barang pada hari Sabat dan membawanya melalui pintu-pintu gerbang Yerusalem! Janganlah membawa barang-barang dari rumahmu ke luar pada hari Sabat dan janganlah lakukan sesuatu pekerjaan, tetapi kuduskanlah hari Sabat seperti yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyangmu… Apabila kamu sungguh-sungguh mendengarkan Aku, demikianlah firman Yahuwah, dan tidak membawa masuk barang-barang melalui pintu-pintu gerbang kota ini pada hari Sabat, tetapi menguduskan hari Sabat dan tidak melakukan sesuatu pekerjaan pada hari itu…. Tetapi apabila kamu tidak mendengarkan perintah-Ku untuk menguduskan hari Sabat dan untuk tidak masuk mengangkut barang-barang melalui pintu-pintu gerbang Yerusalem pada hari Sabat, maka di pintu-pintu gerbangnya Aku akan menyalakan api, yang akan memakan habis puri-puri Yerusalem, dan yang tidak akan terpadamkan."

Juga dari tulisan Yeremia terungkap bahwa Nehemia menyadari peran dari pengabaian Sabat yang menjadi pemicu pembuangan ke Babel. (Ratapan 1: 7) Terkenanglah Yerusalem, pada hari-hari sengsara dan penderitaannya, akan segala harta benda yang dimilikinya dahulu kala; tatkala penduduknya jatuh ke tangan lawan, dan tak ada penolong baginya, para lawan memandangnya, dan tertawa karena keruntuhannya, dan menghina hari-hari Sabatnya. (Ratapan 2: 6) Ia melanda kemah-Nya seperti kebun, menghancurkan tempat pertemuan-Nya. Di Sion Yahuwah menjadikan orang lupa akan perayaan dan sabat, dan menolak dalam kegeraman murka-Nya raja dan imam.

Yehezkiel

Yehezkiel dalam visiYehezkiel menghadirkan aspek yang sama sekali berbeda. Dia mendasarkan pernyataannya mengenai hari Sabat pada Keluaran 31: 13-16. Dengan demikian ia menekankan hari Sabat sebagai tanda antara Yahuwah dan orang Israel (Yehezkiel 20:12-13, 16, 20) Hari-hari Sabat-Ku juga Kuberikan kepada mereka menjadi peringatan di antara Aku dan mereka, supaya mereka mengetahui bahwa Akulah Yahuwah, yang menguduskan mereka. Tetapi kaum Israel memberontak terhadap Aku di padang gurun; mereka tidak hidup menurut ketetapan-ketetapan-Ku dan mereka menolak peraturan-peraturan-Ku, yang, kalau manusia melakukannya, ia akan hidup. Mereka juga melanggar kekudusan hari-hari Sabat-Ku dengan sangat. Maka Aku bermaksud hendak mencurahkan amarah-Ku ke atas mereka di padang gurun hendak membinasakan mereka..... oleh karena mereka menolak peraturan-peraturan-Ku dan tidak hidup menurut ketetapan-ketetapan-Ku dan melanggar kekudusan hari-hari Sabat-Ku; sebab hati mereka mengikuti berhala-berhala mereka...... kuduskanlah hari-hari Sabat-Ku, sehingga itu menjadi peringatan di antara Aku dan kamu, supaya orang mengetahui bahwa Akulah Yahuwah, Eloahmu.

Sementara Yehezkiel menekankan hari Sabat sebagai tanda perjanjian khusus antara Yahuwah dan orang-orang Israel, ia juga mengakui beberapa masalah lain berkaitan dengan hari Sabat. Dia terutama fokus pada penyembahan berhala, dan fakta bahwa hari Sabat membuat kita mengenal Yahuwah. Kita telah melihat bagaimana hari Sabat membawa pengetahuan terhadap Yahuwah melalui cara hidup sehari-hari, dengan menunjukkan bahwa manusia bergantung sepenuhnya kepada Yahuwah untuk hidup dan makanannya, dan dengan menunjukkan bahwa kekuasaan atasan dengan bawahan memiliki batasan. Yehezkiel mencatat bahwa pengetahuan tersebut sangat penting untuk menghindari penyembahan berhala. Penyembahan berhala orang-orang Israel dikaitkan dengan pengabaian hari Sabat. Ada hubungan langsung antara peningkatan pengabaian Sabat pada abad-abad awal Kekristenan dan munculnya teori palsu mengenai Yahuwah dan Trinitas. Ini berjalan beriringan, terjadi selama periode waktu yang sama.

Yehezkiel berhasil menggambarkan dampak dari penyembahan berhala pada  pelanggaran-Sabat di Israel, dan dampaknya terhadap kejadian yang sama di antara orang-orang Kristen di kemudian hari. (Yehezkiel 20:21) Tetapi anak-anak mereka memberontak terhadap Aku, mereka tidak hidup menurut ketetapan-ketetapan-Ku dan tidak melakukan peraturan-peraturan-Ku dengan setia, sedang manusia yang melakukannya, akan hidup; mereka juga melanggar kekudusan hari-hari Sabat-Ku. Maka Aku bermaksud mencurahkan amarah-Ku ke atas mereka untuk melampiaskan murka-Ku kepadanya di padang gurun.

Penyembahan berhala para pelanggar-sabat dalam kitab Yehezkiel juga terkait dengan pengabaian keadilan dalam melaksanakan penilaian ilahi terhadap kasus sengketa. (Yehezkiel 20:24) oleh karena mereka tidak melakukan peraturan-peraturan-Ku dan menolak ketetapan-ketetapan-Ku dan melanggar kekudusan hari-hari Sabat-Ku dan matanya selalu tertuju kepada berhala-berhala ayah-ayah mereka.

Dua pasal selanjutnya, Yehezkiel menunjukkan bagaimana pelanggaran-Sabat mempengaruhi cara pandang manusia, sehingga seseorang tidak mampu membedakan antara yang kudus dan yang najis, antara yang halal dan yang haram. Pelanggaran-Sabat sejalan dengan gagasan bahwa kenajisan dan Kekristen bisa berpasangan. Penyembahan berhala, pelanggaran-Sabat, dan makan hal-hal yang menjijikkan tanpa rasa cemas yang terlihat di sekitar kita saat ini, hanya merupakan pengulangan dari apa yang Yehezkiel lihat di zamannya sendiri. (Yehezkiel 22: 8) Engkau memandang ringan terhadap hal-hal yang kudus bagi-Ku dan hari-hari Sabat-Ku kaunajiskan... (Yehezkiel 22:26) Imam-imamnya memperkosa hukum Taurat-Ku dan menajiskan hal-hal yang kudus bagi-Ku, mereka tidak membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, tidak mengajarkan perbedaan yang najis dengan yang tahir, mereka menutup mata terhadap hari-hari Sabat-Ku. Demikianlah Aku dinajiskan di tengah-tengah mereka. (Yehezkiel 23:38) Selain itu hal ini juga mereka lakukan terhadap Aku, mereka menajiskan tempat kudus-Ku pada hari itu dan melanggar kekudusan hari-hari Sabat-Ku.

Yehezkiel kembali ke masalah keadilan sosial dan hari Sabat, yang tersisa dan agak kurang jelas dinyatakan dalam pasal 20. Dalam nubuatan terakhirnya akan tibanya masa kebangkitan keadilan, ia menyebutkan kembalinya pengudusan Sabat bersama dengan kembalinya keadilan di hadapan hukum. (Yehezkiel 44:24) Di dalam sesuatu perkara mereka harus bertindak sebagai hakim dan mereka harus menghakiminya menurut peraturan-peraturan-Ku; mereka harus berpegang pada hukum-hukum-Ku dan ketetapan-ketetapan-Ku pada hari-hari raya-Ku dan menguduskan hari-hari Sabat-Ku.

Prediksi Yehezkiel mengenai bait suci yang kedua tidak pernah dipenuhi secara rinci. Namun pemulihan aspek seremonial hari Sabat sampai batas tertentu tercermin dalam pelayanan. (Yehezkiel 45:17) Dan rajalah yang bertanggung jawab mengenai korban bakaran, korban sajian, korban curahan pada hari-hari raya, bulan-bulan baru, hari-hari Sabat dan pada setiap perayaan kaum Israel. Ialah yang akan mengolah korban penghapus dosa, korban sajian, korban bakaran dan korban keselamatan untuk mengadakan pendamaian bagi kaum Israel. (Yehezkiel 46: 1, 3, 4, 12) Beginilah firman Yahuwah Yang Mahakuasa: Pintu gerbang pelataran dalam yang menghadap ke sebelah timur haruslah tertutup selama enam hari kerja, tetapi pada hari Sabat supaya dibuka; pada hari bulan baru juga supaya dibuka. Penduduk negeri juga harus turut sujud menyembah di hadapan Yahuwah di pintu gerbang itu pada hari Sabat dan hari bulan baru. Korban bakaran yang harus dipersembahkan raja itu kepada Yahuwah pada hari Sabat ialah enam ekor domba yang tidak bercela dan seekor domba jantan yang tidak bercela. Kalau raja mengolah korban bakaran sukarela atau korban keselamatan sukarela bagi Yahuwah, maka orang harus membukakan pintu gerbang sebelah timur untuk dia dan ia akan mempersembahkan korban bakarannya dan korban keselamatannya itu seperti ia perbuat pada hari Sabat. Kemudian ia keluar, dan sesudah ia keluar pintu gerbang harus ditutup.

Dengan hati-hati Yehezkiel membedakan antara aspek-aspek sosial dan moral dari hari Sabat di satu sisi, dan aspek-aspek seremonial dan penanda di sisi lain. Dia menulis tentang keduanya, tapi di dalam pasal yang berbeda.

Hosea

Dua nabi kecil bersatu menyuarakan pesan Sabat. Hosea membicarakan pribadi yang menghentikan acara seremonial. (Hosea 2:11) Aku akan menghentikan segala kegirangannya, hari rayanya, bulan barunya dan hari Sabatnya dan segala perayaannya.

Pesan dari Hosea melengkapi Yesaya 1:13. Karena seremonial iman telah digunakan sebagai tameng untuk melakukan ketidakadilan moral dan sosial, mereka harus mendapatkan hukuman, dan orang Israel harus dibiarkan telanjang, tanpa perlindungan dan ketidaksetiaannya menjadi nyata terlihat. Hari Sabat merupakan isu utama dalam hal ini, disebabkan oleh kandungan kedua unsur moral-sosial dan seremonial. Kembali di sini terlihat kemiripannya yang sangat dengan zaman sekarang. Sama seperti orang-orang Israel kuno yang gagal mengingat keadilan sosial yang tersirat di dalam Sabat, walaupun sepanjang waktu memelihara pengorbanan dan acara ceremonial, demikian juga pemelihara-Sabat zaman sekarang gigih untuk mempertahankan hari tertentu dan hari Sabat sebagai tanda ketaatan, tetapi umumnya gagal untuk mengenali Sabat sebagai saksi ketergantungan manusia yang tetap pada Yahuwah sebagai sumber hidup dan kebutuhannya dan sebagai perlindungan hak asasi manusia dan hewan dalam kehidupan sehari-hari dengan membatasi kekuasaan para atasan.

Amos

Aspek sosial dan moral hari Sabat, yang sangat diabaikan oleh pemelihara-Sabat, juga disebutkan oleh Amos. (Am 8: 5) dan berpikir: "Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan bilakah hari Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa, membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu.

Para nabi sangat meningkatkan pemahaman kita tentang hari Sabat. Isu utama yang yang disampaikan para nabi adalah ketaatan seremonial hari Sabat sebagai bentuk kemunafikan di antara mereka yang menggunakannya untuk menyembunyikan ketidakadilan sosial. Yesaya, Hosea dan Amos menekankan bagian itu. Yeremia fokus pada hari Sabat sebagai tanda perjanjian Yahuwah dengan orang-orang Israel. Yeremia memberitahukan lebih mendetail mengenai pengudusan hari Sabat yang tepat dan menunjukkan bagaimana pengabaian Sabat telah menyebabkan penawanan ke Babel. Yehezkiel menekankan peran Sabat sebagai tanda perjanjian khusus antara Yahuwah dan orang-orang Israel. Pada saat yang sama dia menunjukkan bagaimana pengabaian hari Sabat menyebabkan penyembahan berhala, ketidakmampuan untuk membedakan antara yang kudus dan yang najis, yang tahir dan yang haram, dan keadilan sosial di mata hukum. Dia memprediksi pemulihan aspek seremonial Sabat di Bait Suci kedua. Yesaya melanjutkan dengan menunjukkan bahwa berkat Sabat juga menjadi milik bangsa-bangsa lain yang telah bertobat sama seperti orang-orang Israel, dan bagaimana pengudusan  Sabat menjadi harta yang lebih besar daripada harta terbesar dalam pemikiran orang-orang di Timur Tengah, yaitu keturunan. Yesaya menunjukkan bahwa Sabat bukanlah beban, tapi menyenangkan, dan ia memprediksi pemulihan Sabat setelah Pengasingan dan dalam pandangan banyak orang di bumi yang baru.

Hari Sabat dan Injil

Hari Sabat disebutkan lebih sering di dalam Injil daripada di dalam kitab-kitab Musa. Jika niat Yahushua adalah untuk menghapuskan hari Sabat, maka Dia tidak akan mengatakannya sedemikian rupa, juga Dia tidak akan terlibat dalam begitu banyak diskusi tentang rincian pengudusan hari Sabat yang tepat. Tapi tujuan dari Injil, sehubungan dengan hari Sabat, bukan untuk membatalkan, tapi mengajarkan kita bagaimana untuk menguduskannya dengan cara yang lebih baik.

Penyataan Hukum dan Injil sebenarnya sudah lama dan sudah sering terdengar. Tetapi lebih sering, ini dinyatakan dengan maksud untuk memisahkan dan membedakan keduanya, dan bukannya berusaha untuk menjaganya sebagai satu kesatuan. Jika, seperti pandangan kebanyakan orang Kristen yang terlihat, bahwa Injil menggantikan dan terpisah dari hukum, maka penyebutan ulang Perjanjian Lama tidak perlu dicatatkan sama sekali. Tetapi kenyataannya adalah bahwa Yahuwah telah mengabadikan Alkitab di kalangan umat Kristen, bersama dengan perjanjian-perjanjian. Kenyataan ini harus mengingatkan kita pada kesalahan dari pemisahan hukum dari Injil. Yang satu adalah dasar dari yang lain, dan yang kedua adalah penerangan dari pendahulunya. Memang, Kristus berkata "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum atau kitab para nabi." Matius 5:17.

Hari Sabat pertama kali disebutkan dalam Injil di dalam Matius 12. (Matius 12: 1-8) Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yahushua berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yahushua kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Yahuwah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Suci, namun tidak bersalah? Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Suci. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karena Anak Manusia adalah Tuan atas hari Sabat.

Cerita ini diulang dalam Markus 2: 23-28 dan Lukas 6: 1-5. Sejumlah isu harus dicatat. Yang pertama, melalui satu penafsiran hukum, selama gandum tidak dihilangkan dari ladang, tidak ada pelanggaran Sabat dengan memetik dan memakannya. Jadi dengan aturan kerabian sendiri, tuduhan pelanggaran-Sabat bisa gugur. Kedua, kurangnya keramahan dipihak orang-orang yang memberikan kritik merupakan pelanggaran hukum. Para murid dipaksa untuk mengumpulkan makanan agar tidak melanggar Sabat dengan berpuasa. Para kritikus sendiri telah menempatkan mereka dalam situasi yang dilematis untuk tujuan permusuhan.

Menariknya, Yahushua tidak menuduh para kritikus, tetapi memperlihatkan kisah Alkitab masa lampau mengenai perilaku mereka pada hari Sabat, contoh Daud. Dengan menafsirkan Kitab Suci dengan cara ini, Yahushua mengambil keuntungan dari kesempatan untuk menegaskan otoritas mesianik-Nya sebagai anak Daud, dan peran ilahi-Nya dinyatakan dalam penafsiran dan penerapan Alkitab. Dengan demikian Dia menyangkal otoritas aturan kerabian, menggantinya dengan otoritas Mesias. Penafsiran-Nya secara khusus tidak sesuai dengan aturan penafsiran kerabian. Ini adalah otoritas-Nya.

Penegasan otoritas mesianik ini pada waktu Yahushua naik ke atas bukit pada ayat terakhir. Pasal ini mengatakan sangat sedikit mengenai pengudusan Sabat. Inti dari kisah ini adalah otoritas mesianik. Namun, kalimat dalam Markus 2:28 memberi jeda. (Markus 2:27) Lalu kata Yahushua kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat.

Walaupun kalimat ini terutama bertujuan untuk mengutuk dampak dari pemikiran Farisi, bahwa hari Sabat memiliki nilai dalam dirinya sendiri untuk dilayani melalui tindakan manusia, gagasan lain muncul dari awal kalimat. Hari Sabat diadakan untuk manusia. Artinya, hari Sabat tidak dibuat untuk orang-orang Yahudi, tetapi untuk seluruh umat manusia. Selain itu, hari Sabat adalah ciptaan ilahi, anugrah, bagi umat manusia. Cara seseorang berkaitan dengan pemberian mengungkapkan apa yang orang tersebut pikirkan mengenai Sang Pemberi.

Kisah kedua muncul dalam Matius 12: 9-14. (Mat 12: 9-14) Setelah pergi dari sana, Yahushua masuk ke rumah ibadat mereka. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka bertanya kepada-Nya: "Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?" Maksud mereka ialah supaya dapat mempersalahkan Dia. Tetapi Yahushua berkata kepada mereka: "Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat."

Cerita ini diulang dalam Markus 3: 1-6 dan Lukas 6: 6-11. Berdasarkan sifatnya hal ini jauh berbeda dari sebelumnya. Di sini Yahushua menegaskan bahwa penyembuhan dibolehkan dengan mengacu pada putusan aturan kerabian. Ada ketidaksepakatan  aturan kerabian pada masalah apakah hewan yang jatuh ke dalam lobang bisa diselamatkan tanpa melanggar hari Sabat. Beberapa rabi menegaskan bahwa itu adalah sah. Jawaban Yahushua adalah benar-benar dalam konteks Kerabian. Apa yang tersirat dalam cerita ini adalah penerimaan Yahushua tentang masih berlakunya hukum Sabat. Sementara orang-orang yang akan membatalkan hari Sabat umumnya percaya bahwa pembatalan itu terjadi setelah penyaliban dan sebagai manfaat dari kematian Kristus, mereka masih sering menarik berbagai ayat-ayat Alkitab yang mengacu pada masa sebelum-penyaliban untuk mendukung pembatalan Sabat. Yang jelas ini adalah kesalahan penafsiran. Jika ternyata hari Sabat dapat ditunjukkan telah dibatalkan sebelum penyaliban, maka pendapat orang-orang Kristen mengenai pembatalan Sabat ini sebagai bayangan dari apa yang akan datang juga harus gugur.

Bagi para pemelihara hari Sabat kisah ini penting untuk menegaskan bahwa tindakan kemurahan dapat dilakukan di hari Sabat.

Ayat berikutnya yang muncul adalah (Matius 24:20) Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat.

Pemelihara-Sabat melihat ayat ini sebagai bukti bahwa niatan Kristus adalah untuk menegaskan pemeliharaan Sabat setelah kebangkitan-Nya, pada saat kebanyakan orang Kristen mengklaim Sabat telah dibatalkan sebagai bayangan dari apa yang akan datang, yang digenapi dalam penyaliban. Jawaban terhadap pendapat ini adalah bahwa perintah itu hanya mengakui situasi di Yahudi yang menguasai Palestina sebelum kehancuran Yerusalem pada 70 M. Memelihara Sabat orang Yahudi akan membuat kesulitan bagi para pengikut Kristus yang tidak merayakan Sabat untuk melarikan diri. Ada beberapa masalah dengan pendapat seperti ini, yang paling menonjol dari semuanya adalah bahwa tidak ada bukti keberadaan orang yang tidak menguduskan Sabat di antara para pengikut Kristus pada waktu itu. Bahkan setelah munculnya aturan menaati hari Minggu pada masa mendekati awal abad kedua menurut Mozna dan Dr Sam, Sabat masih dikuduskan oleh semua orang Kristen (Samuele Bacchiocchi, From Sabbath to Sunday: A Historical Investigation of the Rise of Sunday Observance in Early Christianity, Biblical Perspectives, 1977). Oleh karena itu, nubuatan telah merujuk pada kelompok pemelihara Sabat. Jika Yahushua bertujuan menjadikan kematian-Nya sebagai pembatal pengudusan Sabat, maka Dia telah kehilangan kesempatan untuk memberitahu para pengikut-Nya untuk menghentikan pengudusan hari Sabat, karena itu akan memudahkan pelarian mereka dari Yerusalem. Sebaliknya, Dia menegaskan ketaatan mereka menguduskan.

Benar atau tidak perintah ini relevan dengan generasi berikutnya, penegasan pengudusan Sabat oleh para pengikut-Nya hingga akhir tahun 70 M menggugurkan pendapat bahwa Sabat telah dibatalkan oleh kematian-Nya karena ini adalah kesalahan penafsiran, kegagalan untuk menyelaraskan semua bukti tekstual yang relevan. Matius 24:20 adalah bukti nyata bahwa Yahushua tidak menerima gagasan bahwa Sabat telah berakhir di kayu salib. Ini menetapkan teladan yang mengharuskan kita untuk menemukan penafsiran yang sesuai terhadap Kolose 2: 16,17, dan gagal untuk mengabaikan pengkanonan Kolose masuk ke dalam ke surat-surat kerasulan. Jadi jauh lebih baik untuk menerima pengudusan Sabat dan menafsirkan Kolose selaras dengan Matius sebisa mungkin.

Petunjuk akhir hari Sabat dalam Injil yang pertama adalah (Matius 28: 1) Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu.

Sementara beberapa pembaca Alkitab membuat banyak versi Yunani dalam ayat ini dan ayat sejenis yang lain, terjemahan KJV sudah benar. Kata ‘minggu’ sebenarnya berarti sebuah minggu dalam konteks dan untuk kata ‘fajar’, bagaimanapun, ditafsirkan, tidak mempengaruhi fakta bahwa Sabat disebutkan telah lewat dan ditegaskan. Mengingat bahwa para murid belum mengetahui tentang kebangkitan, argumen para pemelihara Sabat ini menegaskan bahwa Sabat setelah penyaliban adalah lemah.

Sebuah pasal yang sama ditemukan dalam Markus. (Markus 16: 1) Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yahushua.

Markus juga berisi beberapa bagian yang berhubungan dengan hari Sabat yang tidak tercermin dalam Matius. Yang pertama adalah (Markus 1:21-27) Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yahushua segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yahushua orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Yahuwah." Tetapi Yahushua menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya. Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya."

Hari Sabat disebutkan sambil lalu di bagian ini. Fokus dari bagian ini adalah otoritas Mesianik dari Yahushua, seperti dalam banyak cara yang sama pada pasal pertama Sabat dari Matius. Perbaikan Sabat yang Yahushua nyatakan terlihat baik oleh Matius maupun Markus erat dengan peran dan status-Nya sebagai Mesias. Imbasnya adalah bahwa menolak Sabat adalah sama dengan menolak Mesias sendiri. Bahkan, kita melihat fakta dalam kehidupan sehari-hari, orang-orang Kristen yang tidak memelihara Sabat sering menyangkal Yahushua, setidaknya dengan membuat Dia menjadi Pribadi kedua dari Trinitas dan bukannya hanya menjadi Anak Tunggal Yahuwah atau Kristus. Cerita yang sama ini tercermin dalam Lukas 4: 31-37.

Markus 6: 1-5 mengomentari Yahushua  ketika mengunjungi kota kelahiran-Nya pada hari Sabat. Bahkan melebihi Matius, Markus sangat fokus pada otoritas Mesianik dari Yahushua dalam kaitannya dengan hari Sabat. Dalam pasal ini Yahushua menunjukkan kekuasaan-Nya dalam ajaran-Nya yang penuh kuasa. (Markus 6: 2). Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?

Tapi Dia menemukan banyak ketidakpercayaan karena kedekatan. Untuk alasan ini Dia tidak dapat melakukan banyak mujizat di sana, dan pada saat yang sama menghindari pertikaian mengenai penyembuhan pada hari Sabat. Kisah ini mungkin mengacu pada kesempatan yang sama seperti yang dilaporkan dalam (Lukas 4:16) Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.

Penafsiran Yahushua dari kesimpulan pembacaan pada nubuatan pelayanan-Nya sendiri yang telah ditentukan untuk menghadirkan reaksi pada hal tersebut.

Hari Sabat disebutkan tinggal satu kali lagi di dalam Markus, ketika Yusuf dari Arimatea meminta tubuh Yahushua kepada Pilatus. (Markus 15:42) Sementara itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan, yaitu hari menjelang Sabat.

Malam yang sama disebutkan dalam Lukas (Lukas 23:54) Hari itu adalah hari persiapan dan sabat hampir mulai. (Lukas 23:56) Dan setelah pulang, mereka menyediakan rempah-rempah dan minyak mur. Dan pada hari Sabat mereka beristirahat menurut Hukum.

Tidak mengherankan bahwa Sabat harus dikuduskan, karena secara jelas hal itu yang disebutkan dalam Injil sebagai sebuah pemberian, bukan sebagai sesuatu yang aneh. Penyataan Yohanes dalam beberapa tempat sedikit lebih jauh menunjukkan itu.

Sementara fokus Matius adalah pada pembahasan penafsiran Yahudi tentang bagaimana hari Sabat harus dipelihara, dan fokus Markus pada hari Sabat sebagai tanda otoritas mesianik dari Yahushua, fokus Lukas juga masih tetap berbeda. Hanya dalam Lukas kita menemukan bahwa semua mukjizat penyembuhan Yahushua yang tercatat dimulai sendiri, tanpa diminta, dilakukan pada hari Sabat. Hari Sabat demikian terkait dengan tindakan belas kasihan Yahushua. Perbedaan-perbedaan ini dalam Injil sinoptik mencerminkan tiga perbedaan umum. Matius adalah Injil yang paling Yahudi, Markus berfokus pada kekuasaan dan otoritas, dan Lukas berfokus pada kasih karunia dan isu-isu sosial. Hal ini diharapkan bahwa perbedaan cara pandang ini harus tercermin dalam hari Sabat juga.

Beberapa penyembuhan yang dimulai sendiri oleh Yahushua ini pada hari Sabat disebutkan hanya di dalam Lukas. Yang pertama adalah di dalam (Lukas 13:10-17) Pada suatu kali Yahushua sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat. Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yahushua melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: "Hai ibu, penyakitmu telah sembuh." Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Yahuwah. Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yahushua menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: "Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat." Tetapi Yahushua menjawab dia, kata-Nya: "Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?" Dan waktu Ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia, yang telah dilakukan-Nya.

Di sini Yahushua kembali ke dalil ‘lembu di dalam lobang’, yang tercermin dalam kata-kata Talmud Mishna, buku 4, Qama Bava 3:10. Hal ini tampaknya menjadi salah satu pendapat Kerabian yang paling penting yang Yahushua gunakan untuk membenarkan tindakan penyembuhan-Nya pada hari Sabat. Yang terpenting adalah bahwa Dia terlibat dalam diskusi tersebut, sehingga Dia menegaskan kewajiban pengudusan Sabat dengan membahas bagaimana Sabat itu harus dikuduskan. Penting juga diperhatikan bahwa Dia menemukan kritik ditempat mereka sendiri dengan cara mereka sendiri.

Pendapat yang sama ditekankan dalam pasal berikutnya, dalam penyembuhan lain yang dimulai sendiri oleh Yahushua tanpa diminta dan dengan demikian menunjukkan bahwa hari Sabat tanda belas kasihan. (Lukas 14: 1-6) Pada suatu hari Sabat Yahushua datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapan-Nya. Lalu Yahushua berkata kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, kata-Nya: "Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?" Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi. Kemudian Ia berkata kepada mereka: "Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?" Mereka tidak sanggup membantah-Nya.

Isu Hari Sabat di dalam kitab Yohanes berbeda dari yang terdapat di dalam ketiga injil sinoptik sebelumnya, dengan cara yang serupa dalam membedakan penggunaan istilah Putra Yahuwah. Dalam injil sinoptik istilah  Anak Yahuwah hanyalah setara denga istilah Kristus atau Mesias. Dalam Yohanes konsep ini diperbesar untuk fokus pada Yahushua sebagai Pemberi hidup. Tuduhan mengaku sebagai pribadi berkuasa yang ditemukan di dalam Yohanes berkaitan dengan tuduhan pelanggaran-Sabat. Sebagai jawabannya, konsep Yahushua sebagai Pemberi hidup dikaitkan dengan penyembuhan pada hari Sabat.

Perpaduan gagasan ini sudah jelas terlihat pada peristiwa pertama di dalam Yohanes. (Yohanes 5: 9) Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat..... (Yohanes 5:10) Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: "Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.... (Yohanes 5:16) Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yahushua, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat.... (Yohanes 5:18) Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Yahuwah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Yahuwah.

Ayat-ayat ini menyatakan dua tuduhan secara langsung, mengaku sebagai pribadi yang berkuasa dan melanggar Sabat. Keanehannya adalah, bukannya fokus pada pelayanan dan pesan dari Yahushua, yang menyatakan perannya sebagai Kristus dalam membawa hidup dan kemenangan atas kematian pada hari Sabat, kebanyakan para komentator Kristen malahan benar-benar telah menerima tuduhan terhadap Yahushua itu sebagai sebuah kebenaran, dan sekarang Dia dinyatakan sebagai pelanggar-Sabat dan mengaku sebagai Yahuwah, Yang Mahakuasa. Sulit terlihat bahwa ini selain melakukan pencemaran nama baik dan penghujatan hal ini juga adalah kegagalan dalam memandang pesan Yahushua seperti yang diungkapkan oleh Yohanes. Mengapa pengakuan dengan saksi yang bertentangan ini harus diterima dalam penafsiran tetapi tidak di dalam konteks yang lain adalah sebuah misteri.

Menurut Yohanes, Yahushua menggunakan pendapat yang berbeda untuk membenarkan tindakan penyembuhan berbelas kasihan pada hari Sabat. (Yohanes 7:22-23) Jadi: Musa menetapkan supaya kamu bersunat (sebenarnya sunat itu tidak berasal dari Musa, tetapi dari nenek moyang kita) dan kamu menyunat orang pada hari Sabat! Jikalau seorang menerima sunat pada hari Sabat, supaya jangan melanggar hukum Musa, mengapa kamu marah kepada-Ku, karena Aku menyembuhkan seluruh tubuh seorang manusia pada hari Sabat?.

Pendapat ini bukan lagi didasarkan pada ‘lembu di dalam lobang’ seperti pada pembicaraan dengan menggunakan aturan Kerabian, disini Dia mengarahkan langsung pada kesesuaiannya dengan Hukum. Ini benar-benar merupakan pendapat yang diarahkan pada orang-orang Saduki, yang menyangkal hukum lisan. Dengan demikian Injil menggambarkan Yahushua membela tindakan-Nya pada hari Sabat itu dengan menggunakan kedua pendapat aturan Kerabian Farisi dan pendapat aturan orang Saduki.

Tapi Yohanes dengan cermat menampilkan jenis lain dari tindakan pada saat Sabat yang dilakukan Yahushua (Yohanes 9:14) Adapun hari waktu Yahushua mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu, adalah hari Sabat.... (Yohanes 9:16) Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: "Orang ini tidak datang dari Yahuwah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat." Sebagian pula berkata: "Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat yang demikian?" Maka timbullah pertentangan di antara mereka.

Banyak kisah-kisah di dalam Injil yang menunjukkan para pengkritik Yahushua berusaha menjebak Dia dengan kesesatan. Yahushua selalu mengubah hal itu dengan jawaban yang cerdik. Yohanes pasal 9 memperlihatkan Yahushua menggunakan Sabat untuk membuat perpecahan di antara para pengkritik-Nya. Lagi-lagi, pembaca yang tidak berfikir tergoda untuk langsung memberikan tuduhan melawan Yahushua tanpa berfikir. Sehingga ia merindukan tekanan dari pertikaian antara Yahushua dan para pengkritik-Nya, dan seberapa bijaksana Yahushua mampu menangani mereka.

Penyebutan terakhir hari Sabat dalam Injil adalah pada pernyataan kitab Yohanes saat penyaliban. (Yohanes 19:31) Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib (sebab Sabat itu adalah hari yang besar) maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan.

kesimpulannya, Injil menunjukkan Yahushua berinteraksi mengenai persoalan hari Sabat. Dia tidak pernah membatalkan hari Sabat. Dia berdiskusi secara rinci dengan para pengkritik mengenai cara menguduskan hari Sabat. Dia membenarkan perbuatan belas kasihan yang Dia lakukan pada hari Sabat dengan menggunakan cara Kerabian dan cara orang-orang Saduki, sehingga para penuduhnya terdiam. Dia mengokohkan otoritas mesianik-Nya dengan tindakan dosa (menurut para penuduh) melalui pengajaran maupun penyembuhan pada hari Sabat, dan akhirnya menegaskan peran mesianik-Nya sebagai Sang pemberi hidup melalui reformasi pengudusan Sabat-Nya.

Hari Sabat: Kisah Para Rasul dan Surat-surat Rasul

Berbeda dengan Injil, kitab Kisah Para Rasul menyebutkan hari Sabat hanya sepintas lalu, tanpa masuk ke masalah teologi dan praktek Sabat. Hari Sabat menjadi sekedar pendapat di dalam kitab Kisah Para Rasul. Mengingat struktur hari Sabat begitu kompleks seperti yang disajikan dalam Alkitab Ibrani dan Injil, diskusi yang sedikit rumit harus dilakukan untuk membongkarnya. Hal ini sangat terkait dengan isu utama dari Injil itu sendiri, bahwa untuk meninggalkan Sabat itu akan membutuhkan penemuan sistem Injil yang sama sekali baru. Seperti, yang pada faktanya dilakukan oleh orang-orang Kristen yang tidak memelihara sabat.

Penyebutan pertama adalah di dalam (Kisah Para Rasul 1:12) Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem.

Penyebutan kedua adalah di dalam (Kisah Para Rasul 13:14) Dari Perga mereka melanjutkan perjalanan mereka, lalu tiba di Antiokhia di Pisidia. Pada hari Sabat mereka pergi ke rumah ibadat, lalu duduk di situ.

Ayat-ayat ini bermakna ganda, dan tidak boleh digunakan untuk mendukung atau menolak pemeliharaan Sabat dari para rasul pada periode ini. Ayat lima akan menyarankan dengan ungkapan "rumah ibadat orang Yahudi" dengan hanya menyebutkan kata ‘sinagog’ tidak berarti bahwa ini adalah sebuah lembaga Yahudi yang bertentangan dengan tempat berkumpul para pengikut Kristus. Namun, ayat-ayat ini mengidentifikasinya sebagai tempat orang-orang Yahudi berkumpul dan menunjukkan bahwa Paulus dan rekannya telah datang ke sana, apakah untuk berpartisipasi dalam pembacaan hukum Sabat atau tidak, setidaknya untuk tujuan membawa pesan Kristus kepada orang-orang Yahudi di tempat itu. Kondisi ini tidak mengokohkan atau menyangkal pengudusan hari Sabat.

hari Sabat - paul berkhotbah kepada orang banyakPaulus memasukkan rujukan hari Sabat dalam wacana pada kesempatan ini, walaupun secara umum nadanya berbunyi lebih tegas, hal ini ada di dalam konteks praktek khusus orang-orang Yahudi dan tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk mendukung atau melawan pengudusan Sabat oleh kelompok komunitas kerasulan. (Kisah Para Rasul 13:27) Sebab penduduk Yerusalem dan pemimpin-pemimpinnya tidak mengakui Yahushua. Dengan menjatuhkan hukuman mati atas Dia, mereka menggenapi perkataan nabi-nabi yang dibacakan setiap hari Sabat.

Namun kemudian dalam pasal ini, suara mengenai Sabat sebagai praktek Bangsa-bangsa lain dinaikkan sedikit. Ayat-ayat ini menunjukkan dengan jelas bahwa tidak ada pertemuan hari Minggu yang dibuat pada waktu itu oleh Bangsa-bangsa lain yang percaya. Mereka juga berkumpul pada hari Sabat. (Kisah Para Rasul 13:42) Ketika orang-orang Yahudi telah keluar dari tempat ibadah, Bangsa-bangsa lain meminta agar pokok itu disampaikan kepada mereka pula pada hari Sabat berikutnya. ... (Kisah Para Rasul 13:44) Pada hari Sabat berikutnya datanglah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengar firman Yahuwah.

Pendapat bahwa bangsa-bangsa lain yang percaya akan hadir pada hari Sabat untuk mendengar pembacaan hukum muncul dalam Kisah Para Rasul pasal 15 sebagai sebuah pendapat yang tidak lebih dari pengenaan kewajiban agar menghindari hal-hal yang dipersembahkan kepada berhala, percabulan, binatang yang dicekik, dan darah. Dampak yang jelas dari kata "untuk" di awal ayat 21 adalah bahwa jika mereka tidak mendengarkan pembacaan hukum, maka lebih seharusnya aturan itu dikenakan pada mereka. Selain itu, kata ‘sinagog’ di sini jelas mengacu pada institusi Yahudi yang merujuk pada "masa lalu", tetapi bermakna ganda dalam hal waktu di mana itu diucapkan. Ini juga mungkin termasuk tempat berkumpul bagi para pengikut Kristus, dalam hal ini kita harus mengasumsikan bahwa pelajaran Taurat yang dibaca juga dimasukkan ke dalam liturgi pada periode itu, mungkin dalam bahasa Yunani atau mungkin dengan cara Palestina, dalam bahasa Ibrani dengan terjemahan atau menggunakan ayat-ayat "Targum ". (Kisah Para Rasul 15:21) Sebab sejak zaman dahulu hukum Musa diberitakan di tiap-tiap kota, dan sampai sekarang hukum itu dibacakan tiap-tiap hari Sabat di rumah-rumah ibadat.

Para pemelihara Sabat kadang mengacu pada ayat berikut sebagai bukti bahwa hari Sabat telah dikuduskan dengan cara yang tidak sama dengan ketetapan orang Yahudi. Hal ini didasarkan pada dasar pemikiran yang salah bahwa kata ‘sinagog’ harus selalu mengacu pada lembaga Yahudi. Itu sama sekali tidak terjadi. Kedua, hal itu didasarkan pada asumsi yang salah bahwa orang-orang Yahudi yang tidak mengenal Kristus selalu memiliki sebuah bangunan sebagai tempat  mereka berkumpul pada hari Sabat. Itu juga jelas tidak terjadi. Ayat ini juga dapat merujuk ke tempat yang biasa digunakan oleh orang-orang Yahudi biasa untuk berkumpul. Hal itu tidak mendukung atau menolak pengudusan Sabat di antara bangsa-bangsa lain. (Kisah Para Rasul 16:13) Pada hari Sabat kami ke luar pintu gerbang kota. Kami menyusur tepi sungai dan menemukan tempat sembahyang Yahudi, yang sudah kami duga ada di situ; setelah duduk, kami berbicara kepada perempuan-perempuan yang ada berkumpul di situ.

Ayat berikut juga dapat dianggap hanya sebagai bukti kebiasaan Paulus bergabung dengan orang-orang Yahudi pada hari Sabat untuk memberitakan Kristus kepada mereka. (Kisah Para Rasul 17: 2) Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci. (Kisah Para Rasul 18: 4) Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani. Sebagian besar kitab Kisah Para Rasul hanya mengasumsikan hari Sabat dalam konteks Yahudi. Hanya beberapa bagian yang merujuk pengudusan Sabat di antara bangsa-bangsa lain.

Surat-surat Rasul menyebutkan kata Sabat dalam satu ayat. (Kol 2:16-17) Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.

Banyak orang yang telah menggunakan ayat ini sebagai pembatal Sabat mingguan, yang disangka pada ayat sebelumnya, telah "dipaku di kayu salib." Penafsiran ini mengabaikan prinsip penafsiran dalam hal tulisan-tulisan Perjanjian Baru untuk mengkaji ayat-ayat kitab Ibrani yang dijadikan acuan untuk membuat rujukan. Perjanjian Baru adalah buku komentar berukuran besar dari Alkitab Ibrani. Banyaknya penafsiran yang lemah adalah hasil dari kegagalan untuk mempertimbangkan fakta penting ini. Lima acuan yang disebutkan dalam ayat 16 semuanya berkumpul dalam satu tempat:  di dalam Imamat pasal 23.  Di ayat ini disajikan, ada pengorbanan hewan dan makanan dan minuman korban yang diperluhkan dalam perayaan Sabat mingguan, hari bulan baru, dan perayaan-perayaan tahunan.

paul menulis suratDiperlukan ketelitian yang banyak dalam menafsirkan surat-surat Paulus. Petrus, yang hidup pada masa itu dan mengetahui keadaan, masih menemukan kesulitan dalam mengerti surat-surat Paulus. Bahkan yang paling terampil dan berpengetahuan dari kita pada saat ini harus menyadari bahwa kita dapat dengan mudah membuat kesimpulan yang salah perihal surat-surat Paulus. Oleh karena itu kita harus berhati-hati untuk menjadi dogmatis dalam pemahaman kita perihal surat-surat Paulus.

Paulus dalam surat-suratnya secara umum merujuk kepada gereja-gereja tertentu yang menghadapi masalah-masalah tertentu yang tidak dijelaskan secara rinci, melainkan hanya secara tersirat. Kita semua tidak memiliki latar belakang pengetahuan yang penting. Dengan mengambil referensi Alkitab Ibrani sebagai petunjuk tentang apa masalah yang sedang dibahas di sini, kita dapat membuat asumsi sementara berikut ini. Ada pertikaian di dalam gereja-gereja perihal persembahan makanan dan minuman yang akan dipersembahkan pada tiga jenis hari yang juga telah disebutkan. Tanggapan Paulus adalah mengembalikan perihal ini pada kesadaran setiap orang, apa atau bagaimana memberikan persembahan seperti itu, karena mereka dalam hal apapun hanya merupakan bayangan dari apa yang akan datang, yang telah digenapi. Itulah cakupan yang diajarkan di sini, dan untuk mengartikan hal ini lebih dari itu hanyalah seperti membaca prasangka seseorang dalam ayat-ayat itu.

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa korban binatang, tidak disebutkan, bukanlah penyebab perselisihan. Mereka hanya bisa dipersembahkan dalam Bait Yahuwah di Yerusalem. Tidak diragukan lagi bahwa ada orang yang mengatakan hal yang sama untuk persembahan makanan dan minuman, dan orang-orang lain yang tidak setuju. Ayat-ayat ini juga menyiratkan bahwa jemaat-jemaat gereja ini terlibat dalam pemeliharaan semua perayaan-perayaan yang telah disebutkan, termasuk tetapi tidak secara khusus disebut: hari Sabat. Paulus itu tidak memberikan indikasi apakah perayaan itu benar, digantikan, salah atau semacamnya. Dia tidak mengacu pada perihal itu sama sekali. Dia hanya mengacu pada perihal makanan dan minuman korban pada hari-hari itu. Dia pikir persembahan-persembahan itu seharusnya tidak menjadi masalah pertikaian.

Kata Sabat tidak disebut lagi di tempat lain dalam surat-surat rasul, meskipun beberapa mungkin relevan dengan hari tertentu. Hari ketujuh, yang mengacu pada hari Sabat, yang dihimbau dalam Ibrani pasal 4 sebagai hari peristirahatan yang masih tersisa bagi orang-orang Israel yang ada di  dalam Kristus. Pasal ini tidak berhubungan dengan hari Sabat secara aktual, baik secara tegas maupun tidak.

Kesimpulannya, Kisah Para Rasul dan surat-surat rasul memberikan informasi baru sedikit pada hari Sabat. Kitab-kitab ini juga tidak memberikan diskusi yang membenarkan perubahan. Selain itu, jika mereka mengajarkan bahwa Sabat telah dibatalkan dan diselesaikan, apa yang akan membuktikannya? Itu hanya akan membuktikan bahwa surat-surat itu bertentangan dengan Taurat dan Injil. Jika memang seperti ini, maka kita harus dengan terpaksa menolak surat-surat itu sebagai kitab palsu yang tidak dikanon, dan dianggap bukan ilham ilahi sama sekali. Namun, surat-surat ini kokoh berdiri dan bisa juga diselaraskan dengan Injil, yang memberikan, pemahaman spiritual penting perihal Hukum dalam hubungannya dengan hari Sabat.

Hari Sabat: Pikirkan tentang hal ini ...

Orang-orang yang menentang pengudusan Sabat sering membuat tuduhan legalismenya dengan cara aneh yang berputar-putar dan tidak masuk akal. Namun mereka sendiri menegaskan bahwa semua prinsip-prinsip moral hukum lainnya masi berlaku dan mengharapkan orang-orang lain untuk menghindari perzinahan, pembunuhan, pencurian dan sejenisnya. Mengapa praktek moral yang lain masih legal dan yang lain tidak legal lagi, tidak dapat dijelaskan secara rasional. Hal ini didasarkan pada prasangka belaka, atau kesalahpahaman hanya karena beberapa hal bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan hari Sabat adalah seremonial dan bayangan dari apa yang akan datang. Bagi mereka hari Sabat harus menyertakan hewan kurban, makanan dan minuman korban, hukuman mati, maupun pembaharuan roti sajian, atau jika tidak maka itu menjadi batal. Orang-orang sepert ini bahkan tidak mengenal aspek moral dan sosial dari hari Sabat yang disampaikan dalam Dasa Titah, maupun Sabat sebagai alat kasih karunia yang dinyatakan di dalam Injil. Sebenarnya, mereka hanya menjadi legalis jika berhubungan dengan hari Sabat.

Pengudusan Sabat tidak melemahkan pentingnya wacana Paulus pada hukum kepada orang-orang di Galatia untuk menghindari perbuatan perzinahan dan pembunuhan. Pandangan yang sama tentang Hukum dan iman dapat dipertahankan oleh pemelihara Sabat sebagai orang  monogami dan tidak melakukan kekerasan. Hari Sabat seperti yang terlihat di dalam Alkitab mengembangkan konsep dan pengalaman keselamatan karena iman melalui kasih karunia.

Ada empat pendapat utama melawan pengudusan Sabat yang dinyatakan oleh orang-orang Kristen atas dasar hari Sabat. 1) Ada perintah langsung untuk semua perintah lain dari Dasa Titah dalam Perjanjian Baru, tetapi tidak untuk hari Sabat; 2) Yahushua meniadakan hari Sabat dan dengan demikian menunjukkan itu harus dibatalkan; 3) Sabat seluruhnya terdiri dari kewajiban seremonial yang merupakan bayangan dari apa yang akan datang dan telah "dipaku di kayu salib"; 4) Teks Perjanjian Baru tidak menunjukkan gereja mula-mula untuk memelihara Sabat. Empat pendapat ini serta empat pendapat pertama yang berdasarkan Perjanjian Lama semuanya dalam beberapa detail telah ditanggapi secara memadai disini.

Kesimpulannya, harmoni dari ayat-ayat Alkitab yang mengacu pada Sabat adalah tidak sulit dan tidak bertentangan dengan Injil. Sebaliknya, hal itu memberikan kontribusi demi pelaksanaan  dan pemahaman yang lebih baik dari Injil itu sendiri. Ini menyatukan dengan erat pengakuan kedaulatan ilahi, memperjelas Yahuwah sebagai Pencipta dan Penyedia, membatasi kekuatan orang yang kuat dan menjadi satu-satunya di antara perintah-perintah moral yang mengubah masyarakat manusia ke dalam keadilan dan ketertiban dan bukan ke dalam hukum rimba. Hari Sabat menjadi alat untuk menyatakan Injil kehidupan dan kasih karunia kepada dunia. Mengabaikannya adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi terbatasnya Injil Kristus di dunia saat ini.


Artikel Terkait: