Print

Bagaimana Plato Mempengaruhi Pandangan Kita tentang Yahuwah

Artikel ini bukan buatan WLC. Saat menggunakan sumber dari penulis luar, kami hanya mempublikasikan konten yang 100% selaras dengan Alkitab dan selaras dengan keyakinan Alkitabiah WLC pada saat ini. Jadi artikel semacam ini bisa dianggap seolah-olah bersumber langsung dari WLC. Kami sangat diberkati oleh pelayanan banyak hamba-hamba Yahuwah. Tetapi kami tidak menyarankan anggota kami untuk mengeksplorasi karya lain dari para penulis ini. Karya lain yang mengandung kesalahan tidak akan kami publikasikan. Sayangnya, kami belum menemukan pelayanan yang bebas dari kesalahan. Jika Anda dikejutkan oleh beberapa konten terbitan yang bukan buatan WLC [baik artikel maupun episode radio], ingatlah kitab Amsal 4:18. Pemahaman kita tentang kebenaran-Nya akan berkembang, seiring bertambah banyaknya terang yang dicurahkan di jalan kita. Kita harus menghargai kebenaran lebih dari hidup itu sendiri, dan mencarinya di mana pun itu dapat ditemukan.

Banyak orang Kristen yang menjadi jemaat gereja percaya bahwa pandangan mereka tentang Yahuwah, yang merupakan pandangan ortodoks, adalah sepenuhnya sudah berasal dari Alkitab. Namun, mereka tidak pernah menyangka bahwa sumber kepercayaan mereka akan Allah Tritunggal bukan berasal dari Kitab Suci, melainkan dari filsafat Yunani. Mereka juga sulit menerima bahwa para Bapa Gereja mula-mula yang dihormati harus disalahkan karena telah menggabungkan filsafat kafir, seperti filsafat Plato, dengan ayat-ayat Alkitab. Meskipun rata-rata orang Kristen tidak menyadari hal-hal seperti ini, para pakar Alkitab menganggap hal ini sebagai berita lama. Yang pasti, topik pengaruh filsafat Yunani terhadap agama Kristen telah diteliti dan didokumentasikan dengan baik di kalangan akademisi. Salah satu akademisi tersebut, William Inge, profesor bidang studi keilahian di Universitas Cambridge, mengatakan:

Platonisme/paham Plato adalah bagian dari struktur penting teologi Kristen. . .. [Jika orang mau membaca Plotinus, yang berupaya mendamaikan Platonisme dengan Kitab Suci,] mereka akan lebih memahami kesinambungan nyata antara budaya lama dan agama baru ini, dan mereka mungkin menyadari betapa mustahilnya menghapuskan Platonisme dari Kekristenan tanpa mencabik-cabik Kekristenan itu. Injil dari tanah Galilea, yang keluar dari mulut Yesus, tanpa diragukan lagi adalah bebas dari pengaruh filsafat Yunani. . .. Dan [Kekristenan awal] dibentuk pertama kali berdasarkan perpaduan gagasan agama Yahudi dan penyerapan budaya Yunani (Helenisasi).” [1] (penekanan ditambahkan)

Selain itu, James Strong, sarjana Alkitab dan penulis kamus Concordance Strong yang terkenal, juga mencatat pengaruh Plato terhadap Kekristenan:

Pada akhir abad ke-1 dan selama abad ke-2, banyak orang terpelajar berpindah dari agama Yahudi dan agama berhala ke dalam agama Kristen. Mereka membawa ide-ide Plato dan ilmu bahasa mereka ke dalam sekolah-sekolah teologi.[2] (penekanan ditambahkan).

Plato sering dianggap sebagai salah satu filsuf yang paling berpengaruh dalam mempengaruhi pemikiran Barat.[3] Siapakah Plato, dan apa yang dia percayai? Bagaimana pandangannya mempengaruhi Para Bapa Gereja awal dan selanjutnya bagaimana kita melihat Yahuwah pada hari ini? Apa perbedaan kepercayaannya dibandingkan dengan Kitab Suci, dan apakah itu penting? Untungnya, baik sejarah maupun Alkitab menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.

Siapakah Plato?

platoPlato (hidup pada sekitar tahun 428-347 SM), yang nama aslinya adalah Aristocles, lahir dalam keluarga aristokrat yang berpengaruh di Yunani Kuno. Kepercayaan pada dewa-dewa berhala meresap pada masanya. Ayahnya disebut sebagai keturunan Poseidon, dewa laut Yunani.[4] Pandangan Plato, yang beraliran agama berhala dipengaruhi oleh para filsuf seperti Heraclitus (hidup sekitar tahun 600 SM) dan Pythagoreans (hidup sekitar tahun 500 SM). Namun, Socrates yang dianggap memiliki pengaruh terbesar terhadap Plato.[5] Beberapa waktu setelah kematian Socrates, Plato mendirikan sebuah serikat di Athena yang dikenal sebagai Akademi. Serikat ini terdiri dari para intelektual yang mengejar topik-topik akademis seperti filsafat, matematika, dan astronomi.[6] Muridnya yang paling terkenal adalah Aristoteles yang menjadi seorang filsuf berpengaruh dengan caranya sendiri.

Kepercayaan Plato

Plato paling dikenal karena pandangan dualistiknya di mana dunia yang lebih tinggi terdiri dari ide atau bentuk sementara di lain sisi dunia yang lebih rendah terdiri dari materi. Hal ini dikenal sebagai Teori Bentuk. Orang Athena ini berpendapat bahwa di dunia yang lebih tinggi segala sesuatu, baik objek maupun ide, ada dalam keadaan ideal sementara dunia yang lebih rendah terdiri dari salinan yang tidak sempurna dari ide atau bentuk tersebut. Bagi Plato, bentuk tertinggi adalah sebuah kekuatan impersonal yang disebut Kebaikan.

Heraclitus dianggap sebagai orang pertama yang menerapkan kata logos kepada pertimbangan atau kebijaksanaan ilahi yang dia percayai sebagai semacam kekuatan atau pengaruh yang mengkoordinasikan alam semesta. Plato mengembangkan ide ini dengan mengajarkan bahwa logos adalah bagian dari tiga serangkai (tritunggal/trinitas) ilahi yang terdiri dari Kebaikan, Ide (Logos), dan Roh Dunia.[7] Dia tidak berpikir bahwa Logos (kebijaksanaan, alasan, dll.) adalah sesosok pribadi yang nyata, melainkan sebuah prinsip atau kekuatan yang mengatur. Aristoteles, meskipun dia tidak sepenuhnya mengikuti Teori Bentuk milik Plato, tetapi dia juga percaya pada trinitas. Dia menulis:

Karena, seperti yang dikatakan Pythagoreans, dunia dan semua yang ada di dalamnya ditentukan oleh angka tiga, karena awal dan tengah dan akhir memberikan sebuah jumlah/angka "semua," dan jumlah yang diberikannya adalah tritunggal. Dan jadi, setelah mengambil sifat dari bentuk tiga ini sebagai (sebut saja) hukumnya, kita kemudian lebih lanjut menggunakan angka tiga dalam peribadatan kepada Dewa-dewa.[8] (penekanan ditambahkan)

Seiring waktu, tiga serangkai ilahi ini kemudian menimbulkan gagasan tentang Tuhan yang tritunggal. Para Bapa Gereja, banyak di antara mereka yang dilatih dalam filsafat Yunani, menafsirkan Kitab Suci dengan cara pandang Yunani, padahal seharusnya mereka menggunakan cara pandang Yahudi, yang dengannya kitab Suci ditulis. Mereka menamai “Kebaikan Plato” sebagai Yahuwah, “Ide” sebagai Logos dari kitab Yohanes 1:1, dan “Roh Dunia” sebagai Roh Kudus, sehingga terbentuklah filsafat trinitas ilahi versi Kristen. Sejarawan dan teolog sama-sama bersaksi tentang dampak tiga serangkai Plato terhadap Kekristenan. Sebagai contoh, sejarawan Edward Gibbon, dalam bukunya History of Christianity, telah merangkum pengaruh Yunani terhadap pengadopsian doktrin Trinitas dengan menyatakan:

Jika agama berhala telah dikalahkan oleh Kekristenan, maka benar juga bahwa Kekristenan telah dirusak oleh agama berhala. Paham ketuhanan murni [agama dasar, dalam konteks ini] dari orang Kristen pertama ... telah diubah, oleh Gereja Roma, menjadi dogma trinitas yang tidak dapat dimengerti. Banyak dari doktrin kafir, yang diciptakan oleh orang-orang Mesir dan diidealkan oleh Plato, telah dipertahankan dan dinyatakan layak untuk diyakini [9] (penekanan ditambahkan)

Di sisi lain, Kitab Suci tidak pernah mengajarkan bahwa Yahuwah adalah Trinitas. Bahkan para sarjana penganut Trinitas sendiri mengakui hal ini. Sebagai contoh, teolog Baptis, William N. Clarke, menulis:

Kata Trinitas tidak pernah digunakan sebelumnya, dan tidak ada indikasi bahwa ide Trinitas telah terbentuk. Sudah lama menjadi praktik umum untuk membaca Perjanjian Baru seolah-olah ide-ide dari zaman yang lebih baru tentang subjek ini ada di dalamnya, tetapi ide-ide itu tidak ada. Di zaman para rasul, doktrin Trinitas masih belumlah diciptakan... setelah berlalunya tiga atau empat abad, doktrin Trinitas pun diciptakan... Doktrin historis ini sangat berbeda dari kesederhanaan iman Kristen mula-mula.[10] (penekanan ditambahkan)
Shema, Kitab Ulangan 4:6

Shema, Kitab Ulangan 4:6

Alkitab tidak mengajarkan bahwa Yahuwah adalah tiga pribadi dalam satu esensi. Namun, apa yang diajarkan secara berulang-ulang dan gamblang adalah bahwa Yahuwah adalah satu.

Ulangan 6:4 “Dengarlah, hai orang Israel! Yahuwah adalah Elohim kita, Yahuwah itu satu! (penekanan ditambahkan)
Markus 12:32 Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yahushua: "Tepat sekali, Guru, benar katamu itu, bahwa DIA ESA, DAN BAHWA TIDAK ADA YANG LAIN KECUALI DIA. (penekanan ditambahkan)

Selain pandangan Plato tentang trinitas ilahi dan Logos, keyakinannya tentang jiwa yang abadi juga mempengaruhi bagaimana generasi setelah masa penulisan Alkitab memandang Kristus. Plato berpendapat bahwa semua jiwa adalah abadi dan secara harfiah telah ada sebelum dilahirkan,[11] yaitu, sebelum mengalami inkarnasi.[12] Keyakinan ini telah dijadikan penyaring di mana Para Bapa Gereja yang mengikuti penyerapan budaya Yunani (Helenisasi) [13] menafsirkan kisah-kisah Injil. Hasilnya adalah gagasan bahwa Yahushua secara harfiah telah ada sebelum diinkarnasikan dalam rahim Maria karena itulah yang dikatakan dialami oleh semua jiwa. Namun, pemikiran Ibrani kuno tidak meyakini adanya pra-eksistensi jiwa secara harfiah. Sebaliknya, diajarkan bahwa segala sesuatu terlebih dahulu "sudah ada" bersama Yahuwah dalam rencana atau pengetahuan-Nya karena Dia mengetahui segala sesuatu sebelum itu ada. Misalnya, secara harfiah kita sebagai manusia tentu tidak “sudah ada” di surga sebelum kita lahir, tapi Alkitab mengajarkan bahwa kita telah dikenal sebelum kita lahir oleh Yahuwah dan kita menjadi bagian dari rencana-Nya:

Mazmur 139:15-16: Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya. (penekaan diberikan)

Alkitab juga berbicara tentang jenis gambaran pra-eksistensi ini dengan mengatakan bahwa segala sesuatu ada dalam pikiran atau maksud/rencanaYahuwah sebelum "dunia dijadikan." Alkitab berbicara tentang Yahushua berdasarkan pada pandangan pra-eksistensi versi Ibrani kuno ini. Dia tidaklah sudah benar-benar ada di surga sebelum dunia dijadikan, sebagaimana para pengikut Plato mengartikanya, melainkan dia telah dikenal sebelumnya oleh Yahuwah dan menjadi bagian dari rencana yang telah ditentukan-Nya.

1 Petrus 1:20: Ia (Yahushua) telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan dirinya pada zaman akhir …. (penekanan diberikan)
Kisah Para Rasul 2:22-23: Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yahushua dari Nazaret, seorang manusia yang telah ditentukan Yahuwah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Yahuwah dengan perantaraan dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu. Manusia ini, telah diserahkan Yahuwah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. (penekanan diberikan)

Petrus bisa saja berkata, dan tentu dia akan berkata seperti ini jika itu memang benar, bahwa Yahushua sudah ada di surga sebagai Yahuwah-Firman. Tetapi sebaliknya teks suci mengatakan bahwa Yahuwah telah mengenal Yahushua sebelum dia ada, perkataan yang sama yang juga pernah dikatakan kepada nabi Yeremia:

Yeremia 1:5: Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa." (penekanan diberikan)

Plato dan Para Bapa Gereja

Pengaruh Plato terhadap Para Bapa Gereja tidak bisa sepelehkan. Sejarawan gereja Philip Schaff menyampaikan ringkasan yang baik tentang pengaruh Plato pada Para Bapa Gereja:

Pada gilirannya, banyak dari orang-orang Kristen awal, yang menemukan daya tarik khusus dalam doktrin-doktrin Plato, dan menggunakannya sebagai senjata untuk mempertahankan dan memperluas Kekristenan, atau membentuk kebenaran-kebenaran Kekristenan berdasarkan ajaran-ajaran Plato. Doktrin tentang Logos dan Trinitas mendapatkan bentuknya dari Bapa-Bapa Gereja Yunani, yang, jika bukan karena dilatih di sekolah-sekolah, telah sangat dipengaruhi, langsung atau tidak langsung, oleh filsafat Platonis, khususnya dalam bentuk Yahudi-Aleksandria. Adalah tidak dapat disangkal bahwa kesalahan dan kerusakan merayap ke dalam Gereja dari sumber ini... Di antara Bapa-Bapa Gereja yang paling terkenal yang sedikit atau banyak beraliran Plato, dapat disebutkan adalah Yustinus Martir, Athenagoras, Theofilus, Ireneus, Hippolitus, Klemens dari Aleksandria, Origenes, Minutius Felix, Eusebius, Methodius, Basil Agung, Gregorius dari Nyssa, dan St. Agustinus."[14] (penekanan ditambahkan)
Atenágoras de Atenas

Athenagoras dari Athena

Mari kita lihat dengan singkat beberapa Bapa Gereja yang dianggap "pengikut ajaran Plato".

Athenagoras dari Athena, adalah seorang pembela Kristen dari abad ke-2 M. Ensiklopedia Britannica mengatakan, "Teologinya sangat dipengaruhi oleh paham Plato..."(penekanan ditambahkan). [15] Dan Ensiklopedia Americana menyatakan:

"Athenagoras sering menggabungkan keyakinan-keyakinan para penyair dan filsuf Yunani, terutama Plato, dengan doktrin-doktrin Kekristenan."[16] (penekanan ditambahkan)
Agostinho de Hipona

Agustinus dari Hippo

Agustinus dari Hippo (354 – 430 M), mungkin adalah Bapa Gereja yang paling berpengaruh, yang menyatakan kekagumannya terhadap Plato ketika dia berkata, “Ungkapan Plato, yang paling murni dan terang dalam seluruh filsafat, telah menghalau awan-awan kesalahan ....” [17] Richard Tarnas, penulis dari buku The Passion of the Western Mind yang terkenal, menulis tentang semangat Agustinus untuk Plato:

“... Rumusan paham Plato Kristen oleh Agustinus telah meresap hampir ke seluruh pemikiran Kristen abad pertengahan di Barat. Begitu antusiasnya integrasi semangat Yunani ke dalam Kekristenan sehingga Socrates dan Plato sering dianggap sebagai orang suci pra-Kristen yang diilhami secara ilahi ...” (penekanan ditambahkan) [18]

Clemente de Alexandria

Klemens dari Aleksandria

Klemens dari Aleksandria (150 – 215 M) mengajar di lembaga pendidikan tinggi terkenal di Aleksandria. Albert Outler menulis dalam Journal of Religion bahwa sang filsuf:

...menempati tempat penting dalam apa yang disebut "penyerapan budaya Yunani (helenisasi) ke dalam Kekristenan... Secara umum diakui bahwa Klemens telah bertindak paling jauh sebagai orang Kristen ortodoks yang menerima dan menggunakan konsep-konsep dan etika filsafat budaya Yunani dalam menjelaskan iman Kristennya. Plato adalah filsuf favoritnya.[19] (penekanan ditambahkan)

Klemens meyakini bahwa filsafat Yunani adalah semacam pelatih yang membantu mempersiapkan jalan bagi orang Yunani untuk menerima Kristus. [20] Masalahnya adalah Klemens dari Aleksandria, sama seperti banyak Bapa Gereja lainnya, telah membenarkan integrasi pemikiran berpaham Plato dan ekspresi lain dari filsafat kafir dengan Kekristenan. Di mana seharusnya mereka, demi Kitab Suci Ibrani, menolak hal tersebut.

Gregório de Nissa

Gregorius dari Nyssa

Gregorius dari Nyssa (335 – 395 M), salah satu Bapa Gereja yang berperan dalam pengembangan doktrin Trinitas pada Konsili Konstantinopel (381 M), dikatakan telah "...menggambarkan pekerjaan penyelamatan Kristus dalam bahasa bentuk-bentuk paham Plato." [21] Harry Wolfson, dalam bukunya The Philosophy of the Church Fathers, berbicara tentang kompromi yang terjadi ketika Gregorius mencoba untuk menyelaraskan paham satu Tuhan (monoteisme) Yahudi dengan filsafat Yunani:

"Ini adalah solusi dengan harmonisasi, sebuah upaya untuk menggabungkan, seperti yang digambarkan Gregorius dari Nyssa, monoteisme Yahudi dan paham banyak dewa (politeisme) Yunani. Metode harmonisasi yang digunakan oleh mereka adalah untuk menipiskan monoteisme Yahudi untuk memberi jalan (konsesi) kepada filsafat Yunani." [22] (penekanan ditambahkan)

Mengapa Pengaruh Plato Terhadap Para Bapa Gereja menjadi hal yang Penting

Beberapa orang mungkin bertanya apa yang penting dari fakta bahwa Plato mempengaruhi Para Bapa Gereja dan bagaimana hal itu mempengaruhi pemahaman kita tentang Yahuwah. Apakah penyusupan pemikiran Yunani ke dalam Kitab Suci Ibrani benar-benar begitu merugikan? Jawaban tegasnya adalah ya! Menggantikan kerangka budaya dari Kitab Suci dengan pandangan dunia Yunani pada masa setelah Alkitab ditulis, mengaburkan dan menyamarkan maksud dan makna asli dari teks-teks suci. Lebih lagi, banyak Bapa Gereja yang berpengaruh telah meyakini bahwa manusia dapat bertumbuh dalam pengetahuannya tentang Yahuwah melalui filsafat Yunani (philo + sophia = menyukai hikmat), tetapi Paulus mengatakan bahwa manusia tidak mengenal Yahuwah melalui hikmat dunia.

1 Korintus 1:20-21: Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Yahuwah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan? Oleh karena dunia, dalam hikmat Yahuwah, tidak mengenal Yahuwah oleh hikmatnya, maka Yahuwah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil. (penekanan ditambahkan)

Faktanya, Paulus secara khusus memperingatkan Gereja agar tidak tertawan oleh filsafat:

Kolose 2:8: Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus. (penekanan ditambahkan)

Sayangnya, Para Bapa Gereja yang sudah menerima budaya Yunani (kaum Helenik) secara terang-terangan telah mengabaikan perintah ini. Akibatnya adalah munculnya kepercayaan pada Tuhan dengan konsep yang sepenuhnya berbeda dengan paham satu Tuhan (monoteisme) yang sejati dariAlkitab. Seperti yang disimpulkan oleh seorang sarjana dalam bidang studi Perjanjian Lama, N.H. Snaith:

Kita berada dalam posisi dimana penafsiran ulang teologi Alkitab dalam istilah-istilah ide-ide filsuf Yunani telah meluas sepanjang abad dan di mana-mana hal ini telah merusak inti dari iman Kristen...Kekristenan sendiri cenderung menderita karena faktor penerjemahan kitab para nabi berdasarkan paham Plato.[23] (penekanan ditambahkan)

Kita harus ingat bahwa Plato adalah orang yang tidak beriman, dia adalah seorang penyembah berhala, tersesat dan hidup tanpa satu-satunya Allah yang benar dari Alkitab. Sebagai orang Kristen, kita tidak boleh terikat dengan orang-orang yang tidak percaya:

2 Korintus 6:14-15: Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?

Kitab Suci adalah cukup untuk menjadi wahyu Yahuwah kepada umat manusia.[24] Alkitab memberi kita semua yang perlu kita ketahui tentang siapa Dia dan bagaimana rencana besar-Nya mengenai keselamatan melalui Yahushua dan kerajaan yang akan datang. Yudas, saudara Yahushua, menulis bahwa kita harus “berjuang untuk mempertahankan iman yang secara keseluruhan telah disampaikan kepada orang-orang kudus.” (penekanan ditambahkan) [25]. Perhatikan bahwa iman Kristen yang telah disampaikan bukanlah sebagian atau tidak lengkap. Penulis kitab-kitab Perjanjian Baru tidak mendesak orang Kristen untuk menunggu tiga ratus tahun sampai Para Bapa Gereja dapat memberikan bahasa atau wawasan untuk membantu kita memahami apa yang Yahuwah gagal jelaskan kepada kita dalam firman-Nya. Sebaliknya, iman itu dengan tegas telah disampaikan secara lengkap.

Selain itu, Paulus berkata bahwa ketika dia mengajarkan kepada orang percaya tentang Yahuwah dan Tuan Yahushua Kristus, pada saat yang sama dia tidak menahan apa pun yang berguna dari dari mereka [26]. Dan Paulus tidak pernah mengajarkan bahwa Yahuwah adalah tiga pribadi dalam satu esensi. Sebaliknya, dia mengajarkan bahwa ada satu Tuhan, yaitu Bapa dan bahwa Yahushua bukanlah Tuhan, tetapi seorang Kristus (Mesias) yang oleh Yahuwah dijadikan sebagai Tuan [27].

1 Korintus 8:6: Namun bagi kita hanya ada satu Tuhan saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuan saja, yaitu Yahushua Kristus, yang karenanya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena dia kita hidup.

Kita harus memutuskan apakah kita akan mengandalkan Kitab Suci dan kesaksian Yahushua yang berdoa “Bapa...Engkau [adalah] satu-satunya Allah yang benar,” [28] untuk memberitahu kita siapa Yahuwah itu, atau apakah kita akan mengabaikan dua hal tersebut dan juga catatan sejarah untuk kemudian menerima sebuah ajaran Allah Trinitas yang bersumber dari ajaran Plato.


[1] W.R. Inge, The Philosophy of Plotinus (London: Longmans, 1918), p. 12, 14.

[2] James Strong, John McClintock, “Trinity” in Cyclopaedia of Biblical, Theological, and Ecclesiastical Literature, Vol. 10, (New York: Harper, 1891), p. 553.)

[3] “Top Ten Ancient Greek Philosophers,” Ancient History Lists, accessed 8-11-19, https://www.ancienthistorylists.com/greek-history/top-10-ancient-greek-philosophers/

[4] “Plato,” Encyclopaedia Britannica, accessed 8-8-19, https://www.britannica.com/biography/Plato

[5] “Plato,” Internet Encyclopedia of Philosophy, accessed 8-8-19, https://www.iep.utm.edu/plato/

[6] “All About Plato’s Famous Academy,” ThoughtCo., accessed 8-8-19, https://www.thoughtco.com/all-about-platos-famous-academy-112520

[7] Charles Bigg, Christian Platonists of Alexandria, 1886, p. 249.

Aristotle, On the Heavens, Book 1, chapter 1. https://classicalastrologer.files.wordpress.com/2012/12/ontheheavensaristotle1.pdf

[9] Edward Gibbon, History of Christianity (1883, p. xvi). As quoted in Is God a Trinity? (United Church of God, 2012).

[10] William Newton Clarke, The Christian Doctrine of God, (Edinburgh: T&T Clark, 1909), p. 230-231.

[11] Plato, Timaeus

[12] Robert G. Olson, A Short Introduction to Philosophy, (Mineola, NY: Dover Publications, Inc., 2003), p. 62.

[13] The term Church Fathers, for the purposes of this post, may include the Apostolic Fathers such as Justin Martyr.

[14] “Platonism and Christianity,” The New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge, 1957, Vol. IX, p. 91

[15] “Athenagoras,” Encyclopaedia Britannica, 11th edition, p. 831. Online edition accessed 8-8-19, https://theodora.com/encyclopedia/a2/athenagoras.html

[16] “Athenagoras,” Encyclopedia Americana, s.v. (2001), Vol. 2, 605.

[17] David Davidson, Take it From the Church Fathers: You Should Read Plato, accessed 8-7-19, https://blog.logos.com/2013/11/plato-christianity-church-fathers/?fbclid=IwAR2uplDdR9Nj4JFzokKuW3iDtn8hj28NWP4b6g579l4Qy6AMQ3HMRoiN6O8

[18] Richard Tarnas, The Passion of the Western Mind, (Ballantine Books, 1991), p. 103.

[19] Albert C. Outler, (1940). “The “Platonism” of Clement of Alexandria”. The Journal of Religion (1940), Vol. 20 (3), p. 217–240.

[20] David Davidson, Take it From the Church Fathers: You Should Read Plato, accessed 8-7-19, https://blog.logos.com/2013/11/plato-christianity-church-fathers/?fbclid=IwAR2uplDdR9Nj4JFzokKuW3iDtn8hj28NWP4b6g579l4Qy6AMQ3HMRoiN6O8

[21] Gregory of Nyssa, The Great Catechism 16 [52], 32 [80 – 81].

[22] Harry Austryn Wolfson, The Philiospohy of the Church Fathers (Cambridge: Harvard University Press, 1970), p. 578-579.

[23] Norman H. Snaith, The Distinctive Ideas of the Old Testament, (London: Epworth Press, 1955), p. 187, 188.

[24] 2 Timotius 3:16-17; 2 Petrus 1:20-21

[25] Yudas 1:3

[26] Kisah Para Rasul 20:20

[27] Kisah Para Rasul 2:36

[28] Yohanes 17:1 and 3.


Artikel ini bukan buatan WLC dari https://onegodworship.com/.

Kami telah mengeluarkan nama-nama dan gelar-gelar umum dari Bapa dan Anak yang ada di dalam artikel ini, dan menggantinya dengan nama-nama dan gelar-gelar asli yang sudah diberikan. Kami juga melakukan hal yang sama pada kutipan-kutipan Alkitab yang ada, dengan mengganti nama-nama dan gelar-gelar yang ada dengan nama-nama dan gelar-gelar asli sebagaimana yang dituliskan oleh para penulis Alkitab yang terilhami. -Tim WLC