Print

Mengapa WLC tidak menggunakan Hari Setelah Bulan Purnama sebagai Hari Bulan Baru?

Title: Mengapa WLC tidak menggunakan Hari Setelah Bulan Purnama sebagai Hari Bulan Baru?

Pertanyaan: Mengapa WLC tidak menggunakan Hari Setelah Bulan Purnama sebagai Hari Bulan Baru?

Jawaban: Tim WLC percaya bahwa perhitungan Bulan Purnama sebagai Hari Bulan Baru adalah sebuah kesalahan yang mengerikan. Tidak ada bukti apapun yang dapat mendukung anggapan bahwa Bulan Purnama adalah penanda untuk Hari Bulan Baru. Mereka yang mengajarkan bahwa Bulan Purnama adalah Bulan Baru melakukannya terutama karena didasarkan pada empat asumsi/penafsiran. Kita sekarang akan melihat masing-masing asumsi/penafsiran ini secara singkat.

Menurut mereka yang menganjurkan perhitungan Hari Bulan Baru dengan berpatokan pada Bulan Purnama...

(1) Klaim: "Sebuah gerhana matahari total terjadi pada siang hari (dan berlangsung selama tiga jam – Matius 27:45) pada hari penyaliban Yahushua (pada hari ke-14 bulan lunar). Sebuah gerhana matahari hanya dapat terjadi selama konjungsi. Oleh karena itu, bulan harus dimulai pada saat bulan purnama".

Masalah/Asumsi: Meskipun benar bahwa sebuah gerhana matahari hanya dapat terjadi pada saat bulan sedang dalam posisi konjungsi (berada tepat diantara bumi dan matahari), masalah yang sangat jelas dengan pernyataan ini ditemukan dalam fakta bahwa tidak ada gerhana matahari total yang terjadi di Yerusalem pada musim semi tahun 31 M.1 (http://eclipse.gsfc.nasa.gov/phase/phases0001.html)2. Bahkan, Yerusalem tidak pernah berada di jalur gerhana total dalam waktu kapanpun selama abad pertama. Pukulan telak lain pada anggapan ini adalah bahwa gerhana matahari umumnya hanya bertahan sekitar 7-8 menit, bukan 3 jam. "Gerhana matahari total terpanjang selama periode 8000 tahun dari tahun 3000 SM sampai 5000 M akan terjadi pada tanggal 16 Juli 2186, ketika gerhana total akan berlangsung selama 7 menit 29 detik". (http://en.wikipedia.org/wiki/Solar_eclipse). Kegelapan yang melingkupi wilayah pada saat Penyaliban adalah sebuah keajaiban, dan tidak dapat dijelaskan dengan fenomena yang terjadi secara alami. Mengklaim bahwa ada gerhana matahari total, yang berlangsung selama tiga jam, pada saat penyaliban Yahushua adalah berlebihan dan tidak dapat dibuktikan oleh bahkan satu buktipun.


1 Nubuatan 70 Minggu (Daniel 9) menetapkan dengan pasti tahun Penyaliban Yahushua.

2 Untuk lebih spesifik, metode yang diusulkan untuk memperhitungkan Tahun Baru yang dikaji pada poin #2 (dibawah) menuntut bahwa gerhana matahari total harus terjadi pada siang hari di Yerusalem pada tanggal 10 April, 31 M. Tidak ada kejadian seperti itu. Klaim ini tidak dapat dibuktikan oleh bahkan satu buktipun.


(2) Klaim:
"Sebuah pembelajaran mendalam terhadap kata Yunani yang diterjemahkan sebagai 'gelap' dalam catatan Lukas tentang penyaliban mengungkapkan bahwa matahari terhalang oleh bulan, yang hanya dapat terjadi pada saat konjungsi".

"Dan matahari menjadi gelap, dan tabir Bait Suci terbelah di tengah-tengah". (Lukas 23:45, KJV)

Beberapa orang, yang menganjurkan penggunaan metode Bulan Purnama, telah mengklaim bahwa kata yang diterjemahkan "menjadi gelap" dalam bagian ini adalah kata Yunani ekleipō [Strong G1587], akar kata dari "gerhana" di zaman moderen. Mereka mengatakan bahwa hal ini membuktikan bahwa penyebab kegelapan di lokasi Penyaliban adalah gerhana matahari. Seperti yang dibahas pada poin sebelumnya (#1), ini adalah sebuah kemustahilan mutlak. Kegelapan yang melanda lokasi Penyaliban adalah manifestasi supranatural, kesaksian Yahuwah. Namun demikian, mari kita melakukan kajian pada masalah-masalah dari pernyataan ini.

Masalah/Asumsi: Kata yang diterjemahkan dalam ayat ini sebagai "menjadi gelap" adalah skotizō [Strong G4654], bukan ekleipō [Strong G1587].

"Dan [G2532] matahari [G2246] menjadi gelap [G4654], dan [G2532] tabir [G2665] Bait Suci [G3485] terbelah [G4977] di tengah-tengah. [ G3319]" (Lukas 23:45, KJV)

Skotizō berarti "menutupi dengan kegelapan, menggelapkan, ditutupi dengan kegelapan,...". Hal ini dapat merujuk pada kegelapan kiasan (misalnya, Efesus 4:18) atau kegelapan nyata (misalnya, benda-benda langit; Wahyu 8:12). Ekleipō, walau itu adalah akar kata untuk "gerhana" moderen dan dapat merujuk pada gerhana matahari, namun umumnya itu berarti "gagal, meninggalkan, memupuskan, lewat,...". Tidak arti dari kata ini yang khusus diperuntukkan pada matahari atau benda-benda langit.

Ekleipō ditemukan hanya dalam tiga ayat Alkitab, tidak satupun dari ayat ini yang khusus untuk pergerakan relatif bulan terhadap matahari:

"Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu sudah gagal [G1587 - ekleipō], kamu diterima di dalam kemah abadi". (Lukas 16:9, KJV)

"Tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur [G1587 - ekleipō]. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu". (Lukas 22:32, KJV)

"Seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan [G1587 - ekleipō]". (Ibrani 1:12, KJV)

Bahkan dalam terang penggunaan umum/arti dari kata ini (ekleipō), yang dengan tidak terbantahkan telah membuktikan kesalahan klaim yang dikaji ini, membawa pengulangan bahwa kata ini bahkan tidak ditemukan dalam ayat bukti yang ditawarkan untuk menopang Bulan Purnama sebagai dasar perhitungan Hari Bulan Baru, meskipun beberapa orang menyatakan seperti itu.


(3) Klaim:
"Perempuan dalam kitab Wahyu pasal 12, yang berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya, dan bintang-bintang di atas kepalanya adalah pengumuman Hari Tahun Baru. Pada suatu hari setiap musim semi, rasi bintang Virgo terlihat terbit di timur dengan bulan purnama di bawah kakinya. Dia juga "berselubungkan matahari" dalam arti bahwa tidak terjadi kegelapan yang menyeluruh saat fenomena ini muncul. Dia memiliki 12 bintang di kepalanya, yang berarti bahwa ia adalah kepala tahun. Oleh karena itu, bulan purnama di bawah kaki Virgo adalah penanda untuk Hari Bulan Baru, dan awal tahun".

"Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya". (Wahyu 12:1, KJV)

Masalah/Asumsi: Tidak ditemukan dalam ayat ini sesuatupun yang menyiratkan bahwa fenomena ini adalah penanda untuk Hari Bulan Baru, atau awal tahun. Juga ayat ini tidak mengatakan bahwa perempuan itu berdiri pada sebuah "bulan purnama". Jika kita mau jujur ​​mengevaluasi setiap detail dari gambaran tentang perempuan ini, maka kita harus mengakui bahwa selain berdiri di bulan, dia juga berselubungkan matahari. Daripada menafsirkan dengan bebas bahwa "berselubungkan matahari" berarti bahwa tidak terjadi kegelapan yang menyeluruh saat fenomena ini muncul, kita seharusnya mencari waktu disaat Virgo ("perawan") secara harfiah berselubungkan matahari (dengan jalur tengah matahari melalui rasi bintang itu) sementara bulan berada di bawah kakinya. Apakah fenomena seperti itu ada? Ya, hal itu terjadi setiap musim gugur, sering (tetapi tidak selalu) bertepatan dengan awal Bulan Ketujuh.

Virgo, clothed with the sun, and the moon under her feet

Virgo: Fenomena ini terjadi pada salah satu bulan setiap musim gugur. Namun, tidak ada dalam ayat itu, yang menunjukkan bahwa ini ada kaitannya dengan Hari Bulan Baru atau Tahun Baru. Mereka yang membela metode perhitungan Bulan Purnama yang mendasarkan pemenuhan sebagian dari penjelasan ayat ini (Why.12:1) pada musim semi sedang membangun secara eksklusif dengan asumsi dan dugaan yang tidak berdasar.

Sementara Wahyu 12:1 adalah sebuah konfirmasi ilahi bahwa gereja yang sejati sepanjang sejarah telah mengandalkan Matahari, Bulan, dan Bintang untuk menentukan hari Sabat dan Hari-hari Raya, tidak ada di dalam ayat tersebut yang menyiratkan bahwa penjabaran mengenai perempuan itu memiliki sebuah kaitan dengan Hari Bulan Baru atau awal tahun.1 Mereka yang mencoba untuk menggunakan kitab Wahyu pasal 12 sebagai bukti penggunaan metode perhitungan Bulan Purnama, walaupun mereka mungkin memiliki niat baik, telah menambahi ayat itu dan mendasarkan penafsiran mereka secara eksklusif dia atas sebuah spekulasi.


1 Masalah lain yang timbul dari anggapan bahwa Bulan Purnama di bawah kaki Virgo merupakan penanda untuk memulai tahun adalah presisi aksial. Karena titik balik matahari bergerak ke arah barat sepanjang  gerak relatif ekliptika pada bintang-bintang yang tetap, waktu fenomena ini (bulan purnama di bawah kaki Virgo) secara perlahan mengambang. Pada zaman sekarang, fenomena ini umumnya terjadi pada akhir bulan April atau awal bulan Mei. Namun, hanya 2.000 tahun yang lalu, peristiwa yang sama ini berlangsung beberapa minggu sebelumnya, pada akhir bulan Maret atau awal bulan April. Jika kita maju cepat 2.000 tahun dengan menggunakan tingkat presisi yang sekarang, fenomena ini tidak akan berlangsung sampai akhir bulan Mei atau awal bulan Juni.


(4) Klaim:
"Mazmur 81:3 mengatakan bahwa sangkakala harus dibunyikan pada saat Bulan Purnama karena itu adalah Bulan Baru".

"Tiuplah sangkakala pada bulan baru, pada waktu yang ditetapkan [H3677], pada hari raya kita [H2282]". (Mazmur 81:3, KJV)

H3677 (keh'-seh) - Sepertinya berasal dari H3680; penuh benar atau bulan purnama, yaitu, perayaannya: - (waktu) yang ditetapkan. (Strong's Greek & Hebrew Dictionary)1

H2282 (khag) – Kata ini mengacu terutama untuk "perayaan yang di rayakan dengan berziarah". (The New Strong's Expanded Dictionary of Bible Words)

Masalah/Asumsi: Hari Bulan Baru tidak pernah disebut sebuah khag di dalam Alkitab. Beberapa orang yang mendukung metode ini akan berpendapat bahwa hal ini tidak benar dengan menunjuk pada Hosea 2:11 dan Yehezkiel 45:17, tetapi "bulan-bulan baru" dalam ayat-ayat ini disebutkan terpisah dari hari-hari Sabat dan khag. Bahkan jika Hari Bulan Baru telah dirujuk sebagai khag, terdapat kendala kedua di bagian ini yang tidak dapat diselesaikan oleh mereka yang mengajarkan bahwa Mazmur 81:3 membuktikan bahwa sangkakala harus ditiup pada Bulan Purnama karena itu adalah Bulan Baru: Dalam konteksnya, kitab Mazmur pasal 81 berbicara tentang keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Penafsiran paling masuk akal dari ayat 3 ini adalah bahwa hal itu mengacu pada bulan purnama yang bertepatan dengan Paskah dan Hari Raya Roti Tidak Beragi. (Bangsa Israel dipimpin keluar dari Mesir pada malam hari (Ul. 16:1) pada hari pertama Roti Tidak Beragi (Bil. 33:3) - pada tanggal 15).

Sebuah bukti kuat yang melawan Bulan Purnama sebagai penanda untuk Hari Bulan Baru dicatat ketika mempelajari waktu-waktu perayaan. Dua perayaan ziarah penting berlangsung pada tanggal 15 bulan. Perayaan itu adalah Hari Raya Roti Tidak Beragi dan Hari Raya Pondok Daun. Dalam pemeliharaan ilahi-Nya, Yahuwah telah menetapkan waktu dari dua perayaan-perayaan ini bertepatan dengan Bulan Purnama, untuk meringankan beban perjalanan umat-Nya. Bapa kita yang penuh kasih adalah Eloah yang rinci, dan tidak ada hal yang luput dari perhatian-Nya. Ketika Dia mengharuskan sebuah peziarahan, Dia telah mengatur waktu mana yang paling nyaman bagi umat-Nya.2 Kita juga dapat melihat pada kenyataan bahwa tidak ada keharusan melakukan ziarah pada saat musim dingin. Dengan demikian, jika Dia telah berhati-hati untuk menghindari memberikan perintah untuk berziarah di musim dingin, Dia juga akan dengan penuh kasih berhati-hati untuk menghindari menetapkan sebuah perayaan ziarah pada saat bulan telah hampir benar-benar gelap.


1 Beberapa orang telah menyarankan bahwa keh'she, berdasarkan pada akar katanya dari (H3680; Kasah), harus diterjemahkan sebagai "bulan terselubung" sebagai lawan dari "bulan purnama", yang berarti bahwa sangkakala harus dibunyikan pada saat bulan gelap (pada saat konjungsi) sebagai penanda untuk Hari Bulan Baru. Penafsiran ini juga membantah metode perhitungan Bulan Purnama sebagai Bulan Baru, dan mendukung metode perhitungan fajar setelah konjungsi.

2 Menggunakan metode perhitungan Bulan Purnama, hari Sabat kedua setiap bulan, termasuk hari Sabat besar dari Hari Raya Roti Tidak Beragi dan Hari Raya Pondok Daun, akan berlangsung dalam kegelapan total.


Bulan Baru: Chodesh (H2320)

Kata Ibrani yang diterjemahkan dalam Alkitab sebagai "bulan baru" adalah Chodesh [H2320]. Akar kata dari Chodesh adalah chadash [H2318], yang berarti "menjadi baru, memperbaharui, memperbaiki".

Sebuah masalah yang sangat jelas muncul ketika metode perhitungan Hari Bulan Baru dengan Bulan Purnama, dalam hal bulan mulai dari hari pertama sedang meredup (kehilangan cahaya), bukan diperbaharui. Segera setelah bulan telah bersinar penuh, cahayanya akan meredup. Ini berarti bahwa antara malam ketika Bulan Baru dinyatakan dan keesokan harinya yang dianggap sebagai "Hari Bulan Baru", bulan telah kehilangan cahayanya, dan akan terus kehilangan cahaya sampai pertengahan bulan, setelah itu barulah bulan akan mulai menambah cahayanya kembali. Metode perhitungan Bulan Purnama menentang semua logika dan tidak benar berdasarkan arti kata - Chodesh/chadash.


Membedakan Hari melalui Penampakan Bulan

Hal lain yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa karena akan ada satu atau dua hari gelap pada pertengahan bulan saat menggunakan metode perhitungan Bulan Purnama, maka fase seperempat bulan akan tidak teratur mengumumkan hari-hari Sabat. Ketika memperhitungkan Hari Bulan Baru dengan Bulan Purnama1, fase berikutnya dari bulan menjadi tidak konsisten dan tak terduga, sehingga merampas bulan yang berperan sebagai penanda ilahi, dan membuat pengidentifikasian hari yang dapat diandalkan melalui penampakan bulan menjadi sangat sulit, bahkan mustahil.


1 Perlu dicatat bahwa bulan dapat nampak bersinar penuh selama lebih dari satu hari setiap bulan. Hal ini akan membuat perhitungan yang konsisten untuk pengamat menjadi sangat sulit.


Walaupun ada ayat-ayat sekunder lainnya yang dikutip oleh mereka yang mendukung metode perhitungan Bulan Purnama, namun hal itu tidak perlu ditanggapi, karena semuanya (tanpa kecuali) tidak lebih dari upaya penjelasan untuk memaksa pengandaian mereka ke dalam ayat itu, sebuah upaya menyesatkan untuk membuat Alkitab sesuai dengan ide-ide mereka. Tidak ada satu bukti pun yang dapat mendukung metode perhitungan Bulan Purnama.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Bulan Baru yang Alkitabiah, silahkan lihat "Hari Bulan Baru: Fajar Setelah Konjungsi".