Meterai Yahuwah: Sudahkah Anda Menerimanya? (Bagian 1)
Di website WLC, kami telah mengembalikan penggunaan nama-nama dan gelar-gelar umum dari Bapa dan Anak, sebagaimana yang sebelumnya ditulis oleh para penulis Alkitab yang terilhami. Klik di sini untuk mengundu versi Alkitab tersebut. Versi Alkitab (RNV) ini adalah bukan berasal dari WLC. -Tim WLC |
Sebuah meterai dapat dikatakan sebagai bagian paling penting dari suatu dokumen hukum. Tanpa meterai, kata-kata pada kertas hanyalah sekadar tulisan di atas kertas. Kata-kata tersebut tidak memiliki kekuatan. Namun, dengan adanya meterai, kata-kata itu menjadi hukum. Meterai membawa seluruh bobot otoritas dan kuasa yang dimiliki oleh raja atau pribadi pemilik meterai tersebut.
Semua meterai mengandung tiga elemen. Tanpa ketiga elemen ini, sebuah meterai tidak dapat berfungsi; dan tidak akan mewakili raja yang seharusnya disimbolkan. Tiga elemen kunci tersebut adalah:
![]() |
Ketika Ratu Elizabeth II memberikan izin kepada cucunya, Pangeran William, untuk menikahi Catherine Middleton, ia menandatangani Notice of Approval. Pada bagian bawah dokumen itu, terikat dengan anyaman emas, terdapat sebuah meterai besar berwarna merah dari lilin, yang dikenal sebagai Great Seal of the Realm. |
- Nama pemberi hukum;
- Gelar pemberi hukum;
- Wewenang pemberi hukum; yaitu wilayah kekuasaan yang dia perintah.
Sebuah meterai biasanya dicetak pada awal pemerintahan seorang raja. Jika meterai itu menjadi terlalu aus karena pemakaian, dibuatlah yang baru dan meterai lama dirusak sehingga tidak dapat lagi digunakan untuk mengesahkan dekret hukum. Meterai resmi dijaga dengan sangat hati-hati. Tanpanya, tidak ada sesuatu pun (termasuk tanda tangan) yang sah. Tetapi dengan adanya meterai itu, selembar kertas biasa menjadi sebuah dekret yang berkuasa, membawa bobot penuh dari seorang raja.
Sang Raja Semesta Alam juga memiliki sebuah meterai. Meterai ini, seperti meterai para raja di bumi, ditemukan di dalam hukum-Nya. Bahkan, meterai ini merupakan bagian dari hukum-Nya. Hukum ilahi yang dimaksudkan untuk mengatur semua makhluk berakal di alam semesta adalah Hukum Sepuluh Perintah. Empat perintah pertama mengatur tanggung jawab manusia terhadap Penciptanya; enam perintah terakhir mengatur tindakan manusia terhadap sesamanya.
Dari semua perintah, hanya perintah keempat yang memuat nama, gelar, dan wewenang Sang Pemberi Hukum yang agung.
“Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat bagi Yahuwah, Elohimmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau, atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu, atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya Yahuwah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya Yahuwah memberkati hari Sabat dan menguduskannya.” (Keluaran 20:8-11)
Dengan demikian, perintah keempat itu sendiri merupakan meterai Yahuwah karena mengandung tiga elemen yang diperlukan bagi semua meterai – bahkan ditambah satu – yakni memiliki tanggal!
- NAMA: Yahuwah
- GELAR: Elohim
- WEWENANG & WILAYAH KUASA: Langit dan bumi, laut, dan segala isinya
- TANGGAL: Hari ke-7 – yaitu tanggal di bumi – tepat setelah Penciptaan.
Fakta bahwa Sabat itu sendiri merupakan meterai Yahuwah sangatlah signifikan, dan hal ini telah dibuat jelas sejak awal.
– Ia menetapkannya, mengkhususkannya, dan menjadikannya “kudus” pada hari berikutnya setelah Ia menciptakan Adam. Ia kemudian menyerahkannya kepadanya sebagai suatu anugerah.
– Lihat Kejadian 1:26-31; pasal 2:1-3.
“Lalu kata-Nya kepada mereka: ‘Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat.’” (Markus 2:27)
Dari semua perintah, perintah keempat adalah yang paling tidak disukai.
Sejak dahulu kala, dengan menggunakan berbagai strategi dan alasan, Setan telah berusaha sekuat tenaga untuk menuntun manusia agar melanggar atau mengabaikan perintah penting ini.
|
Setan selalu mengetahui bahwa perintah itu mengandung meterai dari Yang Mahatinggi. Sejak dahulu kala, dengan menggunakan berbagai strategi dan alasan, Setan telah berusaha sekuat tenaga untuk menuntun manusia agar melanggar atau mengabaikan perintah penting ini.
Mengetahui semua hal ini sebelumnya, tidak mengherankan bahwa Yahuwah menjadikan perintah ini satu-satunya yang diawali dengan kata “Ingatlah”:
“Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat bagi Yahuwah, Elohimmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau, atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu, atau orang asing yang di tempat kediamanmu. ...” (Keluaran 20:8-11)
Saat ini, dua alasan yang paling umum mengapa orang melanggar perintah keempat adalah:
- “Yesus bangkit pada hari Minggu, jadi kita harus beribadah pada hari itu untuk menghormati kebangkitan.” (Alasan ini mengabaikan fakta bahwa semua rasul dan semua orang Kristen mula-mula tetap memelihara Sabat hari ketujuh selama berabad-abad setelah kebangkitan dan kenaikan sang Juruselamat.)
- “Sabat sudah ‘dipakukan pada kayu salib’ dan tidak lagi mengikat.” (Logika ini tidak konsisten karena pada saat yang sama mengakui bahwa sembilan perintah lainnya tetap mengikat.)
Faktanya, perintah keempat adalah, sebagaimana adanya sejak semula, meterai Sang Pencipta. Yahuwah tidak berubah. Ia berfirman tentang diri-Nya: “Bahwasanya Aku, Yahuwah, tidak berubah...” (Maleakhi 3:6). Akan jauh lebih masuk akal bila raja-raja di bumi mengubah hukum mereka sendiri daripada Yang Tak Berubah mengesampingkan hukum-Nya yang sempurna.
Beberapa orang yang beribadah pada hari Sabtu menolak Sabat lunar dengan alasan: “Yang Elohim kehendaki hanyalah engkau beribadah pada hari ketujuh dari kalender apa pun yang digunakan masyarakat.” Alasan ini juga tidak konsisten, sebab bila penting untuk beribadah pada hari tertentu (hari ketujuh), maka penting pula bahwa kalender yang digunakan untuk menghitung hari ketujuh adalah kalender Alkitabiah.
Sebagai meterai resmi Yahuwah, Sabat memiliki tiga fungsi:
- Melindungi;
- Memperkuat;
- Menjadi tanda kesetiaan.
Meterai Melindungi
Ketika sesuatu dimeteraikan, itu melindungi apa yang telah dimeteraikan. Seorang wanita yang mengawetkan makanan dalam toples telah melindungi makanan itu, ketika ia merebus toples hingga penutupnya tertutup rapat. Ketika Herodes memeteraikan kubur Yahushua, tujuannya adalah untuk melindungi tubuh sang Juruselamat supaya murid-muridnya tidak datang, mencuri tubuhnya, dan mengklaim bahwa dia telah bangkit. Segala sesuatu yang berada di bawah meterai, dengan demikian, dilindungi.
Mereka yang menghormati Pencipta mereka dengan beribadah kepada-Nya pada hari Sabat yang kudus juga berada di bawah perlindungan-Nya. Perlindungan ilahi ini sangat nyata. Perlindungan ini diberikan kepada semua orang yang menguduskan hari Sabat.
Setan sangat menyadari bahwa semua orang yang beribadah pada Sabat sejati berada di bawah perlindungan meterai ilahi ini. Setan membenci kenyataan ini! Ketika ia mendakwa Ayub melayani Yahuwah demi kepentingan diri sendiri, Setan mengeluh:
“Lalu jawab Iblis kepada Yahuwah: ‘Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan [Elohim]? Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya?” (Ayub 1:9-10)
Hukum yang kudus menyediakan pagar, tembok perlindungan di sekeliling semua orang yang menaatinya. Mereka yang hidup dalam ketaatan berada di bawah meterai Yahuwah dan dengan demikian berada di bawah perlindungan langsung-Nya.