Apakah menjadi Raja segala raja berarti Yahushua adalah Yahuwah?
|
Artikel ini bukan buatan WLC. Saat menggunakan sumber dari penulis luar, kami hanya mempublikasikan konten yang 100% selaras dengan Alkitab dan selaras dengan keyakinan Alkitabiah WLC pada saat ini. Jadi artikel semacam ini bisa dianggap seolah-olah bersumber langsung dari WLC. Kami sangat diberkati oleh pelayanan banyak hamba-hamba Yahuwah. Tetapi kami tidak menyarankan anggota kami untuk mengeksplorasi karya lain dari para penulis ini. Karya lain yang mengandung kesalahan tidak akan kami publikasikan. Sayangnya, kami belum menemukan pelayanan yang bebas dari kesalahan. Jika Anda dikejutkan oleh beberapa konten terbitan yang bukan buatan WLC [baik artikel maupun episode radio], ingatlah kitab Amsal 4:18. Pemahaman kita tentang kebenaran-Nya akan berkembang, seiring bertambah banyaknya terang yang dicurahkan di jalan kita. Kita harus menghargai kebenaran lebih dari hidup itu sendiri, dan mencarinya di mana pun itu dapat ditemukan. |

Kitab Wahyu dua kali menyebut Yahushua sebagai raja di atas segala raja dan tuan di atas segala tuan. Dalam bagian-bagian ini, ia digambarkan sebagai Anak Domba yang diperangi oleh binatang dan raja-raja di bumi, tetapi yang pada akhirnya menang atas musuh-musuhnya.¹
Wahyu 17:14 “Mereka akan berperang melawan Anak Domba, dan Anak Domba itu akan mengalahkan mereka, karena ia adalah tuan di atas segala tuan dan raja di atas segala raja. Mereka yang bersama-sama dengan dia adalah orang-orang yang terpanggil, yang terpilih dan yang setia.”
Wahyu 19:16 “Dan pada jubahnya dan pada pahanya tertulis suatu nama, yaitu: RAJA DI ATAS SEGALA RAJA DAN TUAN DI ATAS SEGALA TUAN.”
Dan pada jubahnya dan pada pahanya tertulis suatu nama, yaitu: RAJA DI ATAS SEGALA RAJA DAN TUAN DI ATAS SEGALA TUAN.” (Wahyu 19:16)
|
Banyak orang menafsirkan penetapan kerajaan ini sebagai bukti bahwa Yahushua adalah ilahi. Mereka beralasan bahwa hanya Yahuwah yang dapat memegang kedudukan ini; oleh karena itu, Yahushua pasti adalah Tuhan. Sering kali, perkataan Paulus kepada Timotius digunakan sebagai dasar tekstual:
1 Timotius 6:13–16 “Di hadapan Yahuwah, yang memberi hidup kepada segala sesuatu, dan di hadapan Kristus Yahushua, yang di waktu Pontius Pilatus telah mengikrarkan pengakuan yang benar, aku menasihatkan engkau supaya engkau menuruti perintah itu dengan tidak bercacat dan tidak bercela sampai pada saat kedatangan Yahushua Kristus, Tuan kita, yang akan menyatakan-Nya pada waktu yang ditentukan-Nya, Dia yang adalah Penguasa satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan, hanya Dia saja yang tidak takluk kepada maut dan yang bersemayam dalam terang yang tak terhampiri; seorang pun tidak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nya hormat dan kuasa kekal! Amin.”
Sebagian orang mengklaim bahwa kata ganti “Ia” dalam ayat 15 merujuk kepada Yahushua, sehingga menjadikan ia sebagai “Penguasa satu-satunya, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan.” Dari sini mereka menyimpulkan bahwa Yahushua adalah Yahuwah. Namun, Paulus sedang merujuk kepada Yahuwah Sang Bapa, bukan kepada Yahushua. Hal ini dapat diketahui karena Paulus menggambarkan “Dia” tersebut sebagai Pribadi “yang tidak pernah dilihat oleh seorang pun dan memang tidak dapat dilihat oleh manusia.” Kitab Suci menyatakan bahwa Yahuwah tidak dapat dilihat.² Sebaliknya, Yahushua dilihat oleh banyak orang selama pelayanannya di bumi. Alih-alih sebagai Tuhan yang tidak kelihatan, Yahushua adalah gambar dari Tuhan yang tidak kelihatan [Yahuwah].
Apakah Menjadi Raja di atas Segala Raja Berarti Anda adalah Yahuwah?
Namun demikian, sebagian orang mungkin masih menyimpulkan bahwa karena Yahuwah Sang Bapa dan Yahushua sama-sama menyandang gelar yang sama, maka hal itu berarti keduanya adalah Tuhan. Ini merupakan asumsi yang umum, tetapi keliru, karena tidak mempertimbangkan keseluruhan kesaksian Kitab Suci. Alkitab mencatat bahwa ada manusia lain yang juga diberi gelar ini. Jelaslah bahwa kita tidak akan menyimpulkan bahwa mereka juga adalah Yahuwah. Sebagai contoh, Raja Artahsasta, seorang penguasa penyembah berhala, menyebut dirinya raja di atas segala raja:
Ezra 7:11–13 “Inilah salinan surat yang diberikan Raja Artahsasta kepada Ezra, imam dan ahli kitab, seorang yang mahir dalam hukum-hukum dan ketetapan-ketetapan Yahuwah bagi Israel: ‘Dari Artahsasta, raja di atas segala raja, kepada Ezra, imam dan ahli kitab dari hukum Yahuwah, Tuhan semesta langit: salam sejahtera. Maka sekarang aku mengeluarkan suatu perintah, bahwa setiap orang di kerajaanku dari bangsa Israel, para imam dan orang Lewi yang rela pergi ke Yerusalem, boleh pergi bersama-sama dengan engkau.’”
“RAJA DI ATAS SEGALA RAJA” - Alkitab mencatat manusia lain yang juga diberi gelar ini.
|
Sementara gelar tersebut mungkin merupakan penetapan diri sendiri dalam kasus Artahsasta, Yahuwah-lah yang menganugerahkannya kepada seorang raja penyembah berhala lain bernama Nebukadnezar:
Yehezkiel 26:7 “Sebab beginilah firman Elohim YAHUWAH: Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan atas Tirus dari utara Nebukadnezar, raja Babel, raja di atas segala raja, dengan kuda, kereta, pasukan berkuda dan tentara yang besar.”
Jika sebutan raja di atas segala raja merupakan gelar yang dikhususkan bagi keilahian, bagaimana mungkin Yahuwah secara tepat menyebut seorang raja kafir dengan gelar tersebut? Jawabannya adalah karena gelar itu tidak digunakan secara eksklusif bagi Yahuwah.
Bahasa-bahasa Semitik sering menggunakan satu kata benda untuk memodifikasi kata benda lainnya, alih-alih menyatakannya dalam bentuk superlatif seperti yang lazim kita lakukan. Berikut ini beberapa contoh dari Kitab Suci, di mana satu kata benda digunakan untuk memodifikasi kata benda lain, beserta cara kita mungkin mengungkapkannya dalam bahasa masa kini:
- Nebukadnezar menyebut Yahuwah sebagai “Tuhan para Tuhan” karena Tuhan Daniel mampu menyingkapkan mimpi-mimpi.³ Dalam ungkapan kita, kita akan mengatakan bahwa Tuhan Daniel adalah yang terbesar, atau bahwa Ia adalah yang terbesar di antara para Tuhan.
- Nuh mengatakan bahwa Kanaan akan menjadi “hamba dari para hamba.”⁴ Konteksnya membantu kita memahami bahwa anak bungsu Nuh itu akan dianggap sebagai yang paling rendah di antara para hamba karena dosanya.
- Ruang terdalam dari Kemah Suci, dan kemudian Bait Suci, tempat kehadiran Yahuwah dinyatakan, disebut “yang kudus dari yang kudus,” atau, sebagaimana kita akan mengatakannya, tempat yang paling kudus.⁵
- Raja Salomo dikatakan telah menulis 1.005 nyanyian. Kidung Agung disebut sebagai “nyanyian dari segala nyanyian,” atau, dalam ungkapan kita, yang terbaik dari semua nyanyian.⁶
- Kitab Pengkhotbah menyatakan bahwa hidup tanpa Yahuwah adalah “kesia-siaan dari segala kesia-siaan,” atau, sebagaimana kita mengungkapkannya, pengejaran yang paling tidak bermakna dari semuanya.⁷
- Dalam bahasa Ibrani asli, Musa mengatakan bahwa Yahuwah memiliki “langit dari segala langit.” Untuk membantu pemahaman, para penerjemah mengalihkannya menjadi “langit yang tertinggi.”⁸
“RAJA DI ATAS SEGALA RAJA” adalah ungkapan gaya Semitik untuk menyatakan bahwa seseorang adalah raja yang paling agung.
|
Meskipun masih banyak contoh lain yang dapat diajukan, contoh-contoh ini cukup untuk menunjukkan bahwa frasa raja di atas segala raja adalah ungkapan gaya Semitik untuk menyatakan bahwa seseorang adalah raja yang paling agung. Jika malaikat dalam penglihatan nubuatan Yohanes bermaksud memberitahukan kepada Yohanes—dan kepada kita—bahwa Yahushua adalah Tuhan, ia dapat saja mengatakan bahwa Yahushua adalah Tuhan para Tuhan dan tuan di atas segala tuan, karena dengan cara inilah Yahuwah digambarkan:
Ulangan 10:17 “Sebab Yahuwah, Tuhanmu, Dialah Tuhan para Tuhan dan Tuan di atas segala tuan, Tuhan yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap.”
Namun, inilah bukan maksud yang hendak disampaikan malaikat tersebut. Sebaliknya, malaikat itu mengidentifikasi Anak Domba sebagai raja yang tertinggi di antara semua raja, dan tuan yang terbesar di antara semua tuan. Artahsasta adalah raja terbesar pada zamannya, demikian pula Nebukadnezar pada zamannya. Akan tetapi, konteks kitab Wahyu menjelaskan bahwa Yahushua adalah raja dan tuan yang terbesar, bukan hanya dalam suatu masa tertentu, melainkan untuk sepanjang masa.
Mengapa Yahushua Disebut Raja di atas Segala Raja?
Mengapa Yahushua menyandang gelar yang begitu luhur ini? Kitab Suci tidak pernah menjelaskan atau menyiratkan bahwa kehormatan ini menjadi miliknya karena ia adalah Tuhan. Ia juga tidak pernah disebut Tuhan para Tuhan seperti Yahuwah dalam ayat di atas. Sebaliknya, kita diberitahu bahwa kedudukan yang ditinggikan ini dianugerahkan kepada Yahushua oleh Yahuwah:
Efesus 1:17, 20–23 “…supaya Tuhan Tuan kita Yahushua, yaitu Bapa yang mulia itu… yang Dia [Yahuwah] kerjakan di dalam Kristus dengan membangkitkan dia dari antara orang mati dan mendudukkan dia di sebelah kanan-Nya di sorga, jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang. Segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki dia dan dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuhnya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.”
Yahuwah membangkitkan Yahushua dari antara orang mati dan meninggikannya ke kedudukan otoritas tertinggi dalam kerajaan kekal yang akan datang, bukan karena dia adalah Yahuwah, melainkan karena ketaatannya kepada Tuhannya [Yahuwah], sebagaimana dijelaskan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi.⁹
Yahuwah Menetapkan Raja-Raja untuk Memerintah di Bawah Otoritas-Nya
Kitab Suci mencatat bahwa Yahuwah telah menetapkan manusia-manusia untuk memerintah sebagai raja di bawah otoritas kerajaan-Nya. Sebagai contoh, ketika orang Israel menginginkan seorang raja seperti bangsa-bangsa lain, hal itu menyedihkan nabi Samuel. Namun Yahuwah berfirman kepadanya untuk melakukan seperti yang diminta bangsa itu, sebab mereka bukan menolak Samuel, melainkan Yahuwah sebagai Raja mereka.
Yahuwah adalah penguasa tertinggi Israel, dan mereka yang memerintah atas nama-Nya dianugerahi gelar kerajaan yang sama.
|
1 Samuel 8:6–7 Tetapi hal itu adalah jahat di mata Samuel, ketika mereka berkata, “Berikanlah kepada kami seorang raja untuk menghakimi kami.” Lalu Samuel berdoa kepada Yahuwah. Yahuwah berfirman kepada Samuel, “Dengarkanlah suara bangsa itu dalam segala hal yang mereka katakan kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, melainkan Aku yang mereka tolak supaya Aku tidak menjadi raja atas mereka.”
Kemudian Yahuwah memerintahkan Samuel untuk mengurapi Saul sebagai raja (manusia) pertama atas Israel. Yahuwah adalah penguasa tertinggi Israel,¹⁰ dan mereka yang memerintah atas nama-Nya dianugerahi gelar kerajaan yang sama.
Selanjutnya, dinubuatkan bahwa Yahuwah akan meninggikan seorang manusia menjadi raja, bukan hanya atas Israel, melainkan atas seluruh bumi. Pemazmur menyatakan bahwa Yahuwah akan menegakkan Raja-Nya di Sion dan memberikan kepadanya otoritas atas segala bangsa:
Mazmur 2:6–12 “Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus!” Aku mau menceritakan tentang ketetapan Yahuwah: Ia berkata kepadaku, “Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu. Engkau akan meremukkan mereka dengan gada besi, memecahkan mereka seperti tembikar tukang periuk.” Oleh sebab itu, hai raja-raja, bertindaklah dengan bijaksana; biarlah kamu diperingatkan, hai para hakim dunia! Beribadahlah kepada Yahuwah dengan takut dan ciumlah kaki Anak itu dengan gemetar, supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan, sebab mudah tersulut murka-Nya. Berbahagialah semua orang yang berlindung kepada-Nya!
Nubuat Daniel menggemakan pernyataan pemazmur tersebut:
Daniel 7:13–14 Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti Anak Manusia; ia datang kepada Yang Lanjut Usianya dan dihadapkan kepada-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan, kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja; maka segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan kekal yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.
Jika Yahushua adalah Tuhan, maka seluruh ciptaan dan segala otoritas secara inheren akan menjadi miliknya. Namun, setelah Yahuwah membangkitkan Yahushua dari antara orang mati, Ia meninggikannya dan menganugerahkan kepadanya kekuasaan, kemuliaan, dan sebuah kerajaan yang kekal. Karena itulah Yahushua disebut sebagai penguasa atas raja-raja di bumi:
Wahyu 1:5 dan dari Yahushua Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi. Bagi dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darahnya.
Yahushua Tunduk kepada Yahuwah
Sekalipun kedudukan Yahushua sangat ditinggikan, dia tidak setara dengan Yahuwah dalam hakikat atau kodrat. Namun, ia setara dalam fungsi atau tujuan.
|
Sekalipun kedudukan Yahushua sangat ditinggikan, ia tidak setara dengan Yahuwah dalam hakikat atau kodrat. Namun, ia setara dalam fungsi atau tujuan. Pengangkatan Yusuf sebagai orang kedua setelah Firaun menggambarkan kesetaraan fungsional ini, yang dijelaskan oleh prinsip atau hukum keagenan. Contoh Yusuf memberikan gambaran pendahuluan tentang Mesias yang akan datang:
Kejadian 41:39–41 Lalu berkatalah Firaun kepada Yusuf, “Oleh karena Yahuwah telah memberitahukan semuanya itu kepadamu, tidak ada seorang pun yang berakal budi dan bijaksana seperti engkau. Engkaulah yang akan mengepalai istanaku, dan seluruh rakyatku akan patuh kepada perintahmu; hanya takhta inilah kelebihanku daripadamu.” Lagi kata Firaun kepada Yusuf, “Lihat, aku mengangkat engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir.”
Hal yang sama dapat dikatakan tentang Yahushua dan relasinya dengan Yahuwah. Sekalipun Yahuwah telah memberikan otoritas kepada Yahushua dan menaklukkan segala sesuatu di bawah kekuasaannya, namun sebagai agen Yahuwah, Yahushua tetap tunduk kepada Yahuwah.
1 Korintus 15:24–28 Sesudah itu tibalah kesudahannya, yaitu bilamana ia menyerahkan Kerajaan kepada Yahuwah, yaitu Bapa, sesudah ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Karena ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Dia [Yahuwah] meletakkan semua musuhnya di bawah kakinya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut. Sebab “Dia [Yahuwah] telah menakklukan segala sesuatu di bawah kakinya [Yahushua].” Tetapi kalau dikatakan bahwa “segala sesuatu telah ditaklukkan,” maka jelaslah bahwa Dia yang menaklukkan segala sesuatu di bawah kakinya itu tidak termasuk di dalamnya. Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah kekuasaannya, maka Anak itu sendiri akan menaklukkan dirinya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kekuasaannya, supaya Yahuwah menjadi semua di dalam semua.
Yahuwah secara tepat disebut Tuhan para Tuhan, Raja di atas segala raja, dan Tuan di atas segala tuan, karena Dia adalah otoritas tertinggi. Namun, sebagai agen Yahuwah dan yang berada di bawah otoritas-Nya, Yahushua juga secara tepat dapat disebut raja di atas segala raja dan tuan di atas segala tuan.
|
Hal ini menolong kita memahami mengapa Yahushua berkata bahwa Bapa lebih besar:
Yohanes 14:28 “Kamu telah mendengar bahwa aku berkata kepadamu: Aku pergi dan aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi aku, kamu tentu akan bersukacita, karena aku pergi kepada Bapa, sebab Bapa lebih besar daripada aku.”
Yahuwah secara tepat disebut Tuhan para Tuhan, Raja di atas segala raja, dan Tuan di atas segala tuan, karena Dia adalah otoritas tertinggi. Namun, sebagai agen Yahuwah dan yang berada di bawah otoritas-Nya, Yahushua juga secara tepat dapat disebut raja di atas segala raja dan tuan di atas segala tuan. Sebab Yahuwah-lah yang meninggikan Yahushua ke posisi sebagai Tuan dan Kristus (yaitu raja yang diurapi):
Kisah Para Rasul 2:36 Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Yahuwah telah membuat Yahushua, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuan dan Kristus.
Bahwa Yahushua disebut raja di atas segala raja dan tuan di atas segala tuan memang merupakan sebuah kehormatan yang agung, tetapi hal itu tidak berarti bahwa dia adalah Yahuwah.
¹ Wahyu 19:19; 20:1 dan seterusnya.
² Keluaran 33:20; Kolose 1:15; 1 Yohanes 4:12.
³ Daniel 2:27–28, 46–47.
⁴ Kejadian 9:25.
⁵ Keluaran 26:33.
⁶ 1 Raja-raja 4:32; Kidung Agung 1:1.
⁷ Pengkhotbah 1:2; 12:8.
⁸ Ulangan 10:17.
⁹ Filipi 2:5–11.
¹⁰ Yahuwah disebut sebagai Raja Israel. Yesaya 43:15; 44:6, dan seterusnya.
Ini adalah artikel non-WLC. Sumber: ttps://oneGodworship.com/does-being-king-of-kings-mean-Jesus-is-God/
Kami telah mengganti gelar dan nama dalam bahasa Inggris bagi Bapa dan Anak dengan istilah yang digunakan oleh para rasul. Dalam kutipan-kutipan Kitab Suci yang disajikan, kami telah memulihkan nama-nama asli sebagaimana digunakan oleh para penulis yang diilhami. Namun demikian, kami mengakui perkembangan historis yang menyebabkan nama Yahushua diterjemahkan menjadi “Yesus.” Selain itu, kami juga mengakui bahwa istilah bahasa Indonesia “Tuhan” secara umum telah digunakan sebagai padanan bagi istilah Ibrani Eloah atau Tuhan. —Tim WLC






